Yesterday, Today and Tomorrow (Part 4, end)

Title       : Yesterday, Today and Tomorrow

Genre   : Romance

Length  : Part/ series

Rated    : 15

Cast       :

  • Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk
  • Kim Sungha
  • Lee Joon
  • Lee Donghae

Author  : Rinriza

Twitter : @Rinriza

Fb           : Riza Ramadhani Ef

Ff ini murni hasil pertapaan(?) author, kalo ada kesamaan cerita, author minta maaf, tapi ini murni hasil pertapaan (?) author.. Pinjam nama dongsaengnya Sungmin ya^^..Happy read and don’t forget to like and comment 😀 warning!! Typo bergentayangan, hihi.. Author sedang dalam  keadaan berantakan saat menyelesaikan ini.. happy read!!!! I hope you gals like it^^

“Kim Sungha… waeyo? Kenapa kau tidak pernah sadar siapa aku? Kau tidak sadar aku begitu mencintaimu.” Ucapnya lalu tertunduk.

************

“Nuna… ini bekalmu? Makanlah dulu.. aku bisa menjaga Hyung.”

“Bekal? Aigoo…” segera Sungha meraih ponselnya lalu menekan tombol dial menghubungi Hyukjae dan keluar dari kamar rawat Joon.

“Kenapa tidak menemuiku dulu Oppa….. wae? Aigoo… angkat oppa…. Jebal…..” namun tidak ada jawaban dari Hyukjae. Sungha terus menghubungi Hyukjae hingga 20 x namun tetap tidak ada jawaban. Sungha kembali masuk ke ruangan Joon, memperhatikan Joon sambil menggenggam tangannya. Air matanya menetes, dia tidak tahu harus memikirkan siapa saat ini. Dia begitu khawatir karena Hyukjae tidak mau mengangkat teleponnya, sementara di sisi lain ia merasa tidak sanggup meninggalkan Joon. Sesekali Sungha melihat kepada jam tangannya, dan kembali menghubungi Hyukjae, namun kali ini bukannya diangkat, namun ponsel Hyukjae sudah tidak aktif. Matanya berkaca-kaca, memikirkan apa yang terjadi pada Hyukjae.

“jangan-jangan………” Sungha segera bangkit menemui Sunghjin.

“Sungjin ah… aku harus pergi. Ada yang harus aku lakukan dan ini sangat penting. Aku titip Joon padamu.” Ucap Sungha agak terengah, panic.

“ne… pergilah… kan dia sebentar lagi pulih, lagi pula ada aku dan keluarga kami yang akan menjaganya.” Sungjin tersenyum.

“Ne… gomawo.” Sungha langsung mengambil barang-barangnya dan segera berlari meninggalkan rumah sakit. Air matanya sesekali  menetes atas hasil dari hatinya yang bergejolak.

“Ahjusi… bisa lebih cepat lagi?” ucapnya pada supir taksi.

“mianhamnida nona, ini sudah maksimal nona.. kalau kita lebih kencang lagi kita bisa berurusan dengan polisi.” Sungha hanya bisa menghela nafas pasrah. Begitu taksi berhenti, Sungha langsung berlari ke dalam rumah.

“Ahjuma…. Di mana Oppa?” Tanya Sungha terengah.

“Mian nona… nona tidak tahu? Tuan muda melakukan perjalanan bisnis.”

“Mwo? Kenapa dia tidak bilang?” air mata Sungha kini tak terbendung, dia begitu terpukul dengan keputusan Hyukjae.

“Aku pikir nona tahu.. karena kan tuan muda tadi pagi ke rumah sakit. Tapi tadi sebelum pergi, tuan muda bilang kalau nona sudah pulang, nona diminta mengambil sesuatu yang ada di kamar.”

“Gamsahamnida ahjuma..” Sungha segera berlari menuju kamar mencari barang yang dimaksud oleh ahjuma.

“Barang apa? Barang apa?” ucapnya panic sambil mencari barang yang dimaksud. Pandangannya kemudian terpaku kepada sebuah kotak berwarna biru gelap di atas meja kerja Hyukjae. Di atasnya terdapat tulisan for Sungha. Sungha mengambilnya kemudian membawanya ke tempat tidur dan membukanya. Terdapat sebuah foto pada tumpukan paling atas, foto seorang yeoja kecil dengan rambut panjang yang dikepang 2, di sebelahnya foto seorang namja berambut lebat terlihat lebih tinggi dari sang yeoja. Mereka berdua duduk di ayunan masing-masing dengan saling berpegangan tangan.

“Foto ini…” Sungha memegang foto tersebut, foto yang mengingatkannya pada masa lalunya yang selalu dibully dan namja di sebelahnya adalah penyelamatnya. Di bawah foto tersebut terdapat sebuah surat yang diketik.

‘Untuk istriku yang selalu memiliki senyum termanis, Lee Sungha.

Aku mungkin sudah berada di suatu tempat saat kau membaca ini. Mian aku pergi tanpa mengatakan apapun padamu. Langsung saja pada yang akan aku katakan.

Kau ingat saat tasmu disangkutkan pada pohon mangga di belakang sekolah oleh teman-temanmu? Saat itu kau menangis sampai sesenggukan, seorang namja, kakak kelasmu dihukum oleh guru membersihkan sampah di sekeliling sekolah karena buku pr yang ketinggalan dan menemukanmu menangis sambil memeluk lutut di bawah pohon. Namja itu menghampirimu dan memanjat pohon untuk mengambil tasmu. Dia begitu sering melihatmu dibully oleh teman-temanmu hanya karena kau murid baru dan tidka memakai pakaian baru. Kau selalu menangis di belakang sekolah, hingga akhirnya namja itu memutuskan untuk menjadi pelindungmu. Dia selalu menemanimu di saat waktu senggang, tidak peduli teman-temannya memarahinya karena jarang bermain dengan mereka karena tidak ingin kau disakiti. Namja itu sering mengajakmu ke toko es krim, kalian mengendarai sepeda menuju toko itu. namja itu juga yang menggendongmu sampai ke rumahmu karena lututmu terluka akibat terjatuh dari ayunan. Foto yang kau pegang itu, diambil saat kau mendapat peringkat 1 di kelas. Hingga akhirnya dia pergi karena suatu hal setelah memelukmu. Namja itu aku. Maaf karena meninggalkanmu tanpa menemuimu, karena aku tidak sanggup melihat air matamu jika aku pergi. Usaha appa bangkrut, hingga kami harus pindah ke daerah lain untuk merintis usaha lagi dan menyelamatkan perusahaan appa yang hampir mati. Namun kau tahu.. satu detik pun hati dan pikiranku tidak pernah pergi darimu. Aku terus berusaha mencarimu hingga akhirnya aku menemukan orang yang mirip denganmu bekerja sebagai kasir di sebuah kafe. Aku dan teman-temanku mencari tahu untuk memastikan jika itu adalah kau, itulah salah satu alasan aku dan chinguku sering berkunjung di kafe tempat kerjamu . Dan betapa bersyukurnya aku akhirnya aku bisa menemukan yeoja yang selama ini aku cari. Aku begitu kecewa saat kau tidak mengenaliku saat pertama kali aku bicara padamu. Apa aku terlalu banyak berubah? Atau kau yang telah melupakanku dan menghapusku dari ingatanmu? Aku bersikap dingin sejak pertama bertemu, karena aku begitu gugup bicara padamu, aku berusaha mengontrol debaran jantungku dan berusaha agar kau tidak menemukan kegugupanku. Mian.. kau selalu bertanya, kenapa aku memilihmu untuk ku nikahi? Kenapa bukan yeoja lain atau pun yeoja kaya yang dikenalkan orang tuaku padaku, aku tidak pernah mengatakan alas an yang tepat padamu. Sekarang aku akan menjawabnya. Aku memilihmu dan setuju menikahimu bukan karena tertekan oleh perjodohan yang dilakukan orang tuaku, tapi lebih dari itu, aku mencintaimu, hanya kau. Hatiku tidak bisa diisi oleh yeoja lain sejak mengenalmu aku sungguh-sungguh menyanjungimu. Aku tidak pernah berhenti mencintaimu, dan selalu berharap bisa memilikimu dan melindungimu hingga akhir hidupku, cintaku terlalu dalam untukmu. Aku menyelesaikan semua masalah yang dialami keluargamu, bukan semata-mata untuk menyogok mereka, tapi karena aku ingin kembali menjadi pelindungu. Namun Egois… cinta ini membuatku egois.. aku melakukan segalanya agar bisa memilikimu, namun aku salah. Aku berpikir semuanya akan baik-baik saja dank au akan bahagia denganku, namun ternyata semuanya tidak sesuai dengan pikiranku. Aku membuat nuansa pernikahan seperti impianmu, kamar sesuai dengan impianmu, warna mobil sesuai dengan warna kesukaanmu, aku kira kau bisa berbahagia dan akan menyukai pernikahan kita dengan aku melakukan semua itu. Apapun yang aku lakukan tidak bisa membuatku memenagkan hatimu, aku sudah mengorbankan rasa cintamu pada namja lain. Aku sudah mengorbankan kebahagianmu. Itu adlah kebodohan terbesar dalam hidupku, aku menyakiti namja yang paling aku cintai di dunia ini. Maafkan aku…. Sungguh maafkan aku….

Walau berat untuk dikatakan, tapi aku mengiklaskan jika kau memilihnya, segala yang aku lakukan, anggap sebagai wujud perlindunganku padamu, jangan kau pikirkan lagi. Sekarang raihlah kebahagiaanmu, dia mencintaimu, bisa memperlakukanmu dengan baik dan dia telah memenangkan hatimu. Maaf karena sudah berada di antara kalian berdua. Akhirnya aku hanya bisa mengatakan untuk yang terakhir, aku hanya bisa mengatakannya disini karena aku begitu pengecut jika berhadapan denganmu, I love u..more than u know.. semoga kau bahagia.

Kakak kelasmu, Hyukjae.’

Air mata Sungha mengalir deras setelah membaca surat dari Hyukjae, dadanya terasa sesak.. air mata tak kunjung berhenti,

“Hyukjae oppa? Jadi benar kau Eunhyuk oppa? Orang yang aku rindukan selama bertahun-tahun? Yang selalu aku nantikan di depan gerbang sekolah? Pantas aku merasa semua tidak asing. Dugaanku ternyata benar,Kaulah Eunhyuk.. Mianhae….” Bibir Sungha bergetar menahan isakan yang begitu kuat menerpa dadanya. Dia begitu merasa bersalah, entahlah apa yang ia rasakan sekarang, senang karena namja yang dia rindukan kembali? Senang karena ternyata dia menikah dengan orang yang dulu selalu ia kagumi? Merasa bersalah? Siapa yang sebenarnya ia cintai? Merelakannya pergi? Semua berputar di otaknya seiring dengan isak tangis yang tak bisa berhenti. Dia kembali melihat isi kotak tersebut, ia menemukan sebuah pita rambut bertuliskan ‘hadiah ulang tahunmu yang ke 8, hasil jerih payahku membantu appa di toko roti.’ Air mata sungha kembali mengalir deras. Dia menemukan boneka Barbie yang dulu ingin Sungha beli namun orang tuanya tidak sanggup membeli, foto saat Hyukjae menggendongnya, saat Hyukjae membawanya ke rumahnya, dan beberapa stik es krim. Ia menemukan sebuah kotak Kristal berwarna biru muda kemuan membukanya. Dia benar-benar terkejut melihat isinya. Sebuah liontin dengan hiasan berbenruk bunga mawar yang dibentuk dengan berlian biru dengan inisial namanya di balik berlian itu seperti berada dalam air. ‘hanya ada satu di asia, aku menempah ini di dubai saat perjalanan bisnis 2 tahun lalu. Aku harap ka menyukainya.’

“Eunhyuk oppa…… wae?” Sungha memejamlkan matanya untuk meredam rasa sesak yang terus menyerang dadanya.

************

Pagi ini Sungha menerima kabar bahwa Joon sudah sadar, dan akhirnya ia memutuskan datang ke rumah sakit setelah 24 jam tidak berkunjung disebabkan masih syok atas isi surat yang diberikan Hyukjae padanya. Dia menghela nafas panjang sebelum membuka knop pintu lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan rawat Joon. Terlihat olehnya Joon sedang makan sambil disuapi oleh eommanya. Kepala dan tangannya masih dibalut perban.

“Sungha?” tegur Joon. Sungha tersenyum kemudian berjalan mendekati tempat tidur Joon.

“Aku senang oppa sudah sadar.” Ucap Sungha sambil tersenyum.

“Kau tau hyung, nuna sampai menginap di sini untuk menjagamu.” Sungjin membuka suara.

“Jeongmal? Wah…. Berarti apa yang aku rasakan benar, kau memang ada di sampingku.” SUngha tersenyum menanggapi kata-kata Joon.

“Sudah istirahat dulu, kan baru sadar. Kepalanya masih sakit?”

“Hm…. Oiya.. gomawo ya karena berada di sisiku saat aku sakit.” Joon menggenggap tangan Sungha. Sungha hanya tersenyum menanggapi. Entahlah dia tidak merasakan perasaan yang ia rasakan sebelumnya, perasaan itu berbeda wa;aupun masih terasa kehangatan di dadanya atas sikap lembut Joon.

Di sisi lain seorang namja memandang lurus salah satu staffnya yang sedang mempresentasikan rancangan rencana penjualan. Pikirannya melayang ke mana-mana, tidak fokus pada hal yang sedang dijeaskan oleh staffnya. Dia berusaha fokus, namun tetap saja, bayangan yeojanya mengikat pikirannya membuatnya susah berkonsentrasi.

“any question sir?” Eunhyuk tetap memandang lurus ke depan, tidak menyadari kini semua staffnya sedang menatapnya.

“Sir? Sorry?”

“sir?” Eunhyuk tersadar, lantas tersenyum seadanya.

“ne?”

“Any question?” ulang staff tersebut.

“Ah…. No. I will read it again, I need to ca.ll our staff in korea. Thanks for your great presentation. We rest here, I will inform you for next meeting. Good afternoon everyone.” Ucap Hyuk lalu segera meninggalkan ruang meeting. Dia mengendurkan dasinya saat sudah memasuki kamar hotelnya. Diraihnya ponselnya lalu mencari nomor Sungha. Dia memandangi nomor yang tertera pada layar ponselnya, hatinya penuh keraguan untuk memencet tombol dial, namun pikirannya melarangnya melakukan itu, akhirnya ia meremas ponselnya kuat di dalam genggamannya lalu mencampakkannya kasar ke tempat tidur. Air matanya menetes dengan wajah yang memerah. Hatinya benar-benar bergejolak.

Sungha memasuki kamar yang biasanya dipakainya berdua dengan Eunhyuk. Hatinya begitu rindu pada sosok namja yang selama ini dilihatnya. Air matanya menetes, dia berjalan menuju meja kerja Eunhyuk dan menyentuh kursinya. Di sini lah setiap malam ia melihat suaminya itu duduk sambil memperhatikan laptopnya. Dia memutuskan duduk di kursi tersebut dan membayangkan suaminya berada di ruangan tersebut dan memarahinya karena berani duduk di kursi kebesarannya. Dia menyandarkan kepalanya di meja besar tersebut dengan air mata yang masih menetes.

“Eodiya? Bogoshippo….”

***********

Sudah hampir seminggu Joon dirawat di rumah sakit dan keadaannya pun sudah semakin membaik. Perban yang membalut kepalaya kini sudah dilepas, luka sudah mulai mongering dan memar berangsur hilang dari permukaan kulitnya. Joon merasakan bahagia karena Sungha terus berada di sisinya selama dia sakit, memyuapinya makan dan mau menghiburnya. Namun di balik kebahagiaannya, dia tahu ada yang mengganjal di hati Sungha, yeojanya menyembunyikan sesuatu. Ia sering menemukan yeojanya termenung bahkan terkadang mendapati air mata Sungha menetes. Pintu kamar terbuka, menampakkan Sungha yang kini tengah memasuki ruangan dengan beberapa cemilan kesukaan Joon dan jus buah.

“Annyeong…” sapaSungha sambil tersenyum.

“Ya! Sudah aku bilang jangan merepotkan dirimu.” Protes Joon berlagak marah.

“HAhahahahaahahha.. sudahlah.. aku tahu kau sudah merindukan makanan-makanan ini. Cah.. kajja dimakan.” Ucap Sungha sembari memberikan salah satu cemilan rasa coklat favorit Joon yang langsung diambil oleh Joon sambil tersenyum lebar. Mereka mengobrol beberapa saat hingga akhirnya Sungha kembali diam, sejauh apapun dia berusaha menyenangkan hatinya, namun kehampaan itu terus mengikat hatinya.

‘apa kau sudah makan siang ini?’ batinnya, berharap Eunhyuk mendengar apa yang batinnya katakan. namun sesungguhnya batinnya bergejolak, lamaran Joon, dia masih sangat mengingat lamaran Joon, namja yang sangat ia sayangi. Dia bingung harus berbuat apa sekarang. Kedua namja tersebut memiliki tempat khusus di hatinya yang dia sendiri tidak tahu persisnya di mana letak mereka di dalam hatinya.

“Sungha ssi…..” tegur Joon, namun Sungha tidak menyadarinya.

“Aigoo… melamun lagi. Ya! Sungha ssi…!!” Sugmin agak menyentuh bahu Sungha.

“Ha? Ne?” respon Sungha agak terkejut. Joon tersenyum melihatnya lalu meletakkan cemilan coklat tersebut di atas nakas di samping tempat tidurnya.

“aku lupa menanyakan ini dari kemarin. Aku dengar Hyukjae yang pertama kali mengantarmu ke sini untuk  menjengukku. Kenapa dia tidak pernah mengantarmu lagi?” Tanya Joon dengan nada sedikit menyelidik.

“ah…. Dia…….. dia sibuk. Ne…. dia sebuk.” Sungha berusahaa menghindari pandangan mata Joon.

“Geurae? Bagaimana kabarnya? Bagaimana hubungan kalian? Apa aku sudah punya kesempatan?”

“Oppa…. Jebal……” kini Sungha melihat kea rah Joon.

“aku mengenalmu bbertahun-tahun, jangan mencoba berbohong padaku.” Lanjut Joon. Sungha hanya diam sambil menunduk. Joon menghargai memaklumi jawaban Sungha dengan cara diamnya. Dia tahu, yeoja di hadapannya sedang merasakan hal yang sulit. Dia sedikit sedih mengingat bahwa dial ah salah satu faktor yang membuat yeojanya seperti ini. Lamarannya saat itu pasti membuatnya bingung. Air mata Sungha menetes, kembali merasakan gejolak di dalam dadanya.

“Sungha ssi… lihat aku.” Pinta Joon, namun tidak ada respon dari Sungha.

“Sungha jebal…” ucap Joon lagi. Sungha cepat-cepat menghapus air matanya lalu mengangkat kepalanya melihat Joon. Joon tersenyum tulus lalu mengambil kotak cincin berwanra biru berisi emas putih yang pernah ingin dia serahkan pada Sungha dulu. Dikeluarkannya isinya, lalu meraih tangan Sungha.

“Untuk apa Oppa? Aku belum bisa member jawaban.” Sungha sedikit menarik tangannya namun Joon tetap memaksa Sungha, sambil tersenyum dia memakaikan cincin tersebut di jari manis Sungha lalu mengecup punggung tangan Sungha membuat hati Sungha berdetak terlalu cepat sehingga kepalanya sedikit merasa berputar.

“Sungha ssi…. Mulai sekarang, mau kah kau….” Air mata Sungha menetes menunggu kata-kata Joon selanjutnya.

“Ne?”

“Mau kah kau..selalu menjadi sahabatku? Aku ingin kita tetap bersahabat, aku tidak ingin hubungan persahabatan kita rusak karena kebodohanku.” Ucap Joon tersenyum tulus penuh arti.

“Oppa….” Air mata Sungha menderas.

“Kejarlah Hyukjae, cari dia, aku tahu kau mencintainya dan aku yakin dia juga sangat mencintaimu. Berbahagialah, jebal.. aku tidak ingin melihat sahabatku menderita.”

“Tapi Oppa…. Kau…..”

“Aku baik-baik saja, sungguh. Aku malah lebih lega sekarang. Pergilah.. belum tentu ada banyak waktu untuk mempertahankan hubungan kalian, bagaimanapun dia tetap suamimu.” Joon berusaha meyakinkan. Sungha langsung beringsut memeluk Joon erat sambil terisak.

“Oppa…. Gomawo… jeongmal gomawo….”  Joon membalas pelukan Sungha sambil membelai lembut kepalanya berusaha menenangkan.

“Ne… sudah pergilah, semakin cepat semakin baik.”

“Tapi kau….”

“Aku sudah dewasa Sungha.. aku bisa jaga diri, lagi pula aku sudah cukup sehat.” Sungha melepaskan pelukannya lalu tersenyum pada Joon.

“Baiklah… aku pergi.” Sungha membungkukkan badannya lalu segera pergi meninggalkan ruang rawat Joon. Hati Joon begitu terluka, namun dia merasakan kelegaan dalam hatinya, baginya kebagahiaan Sungha adalah yang utama. Air matanya menetes merasakan suasana hatinya saat ini lalu memutuskan untuk tidur mengistirahatkan pikirannya. Sementara itu Sungha terus berlari di lorong rumah sakit menuju mobilnya, lalu segera memerintahkan supir pribadinya mengantarkannya ke kantor Hyukjae. Sesampainya di kantor, ia kembali berlari ke dalam kantor.

“Tolong panggilkan Donghae. Lee DOnghae.” Katanya pada receptionist.

“mian nona, apa sudah membuat janji?” Tanya yeoja tersebut ramah.

“Katakan padanya ini aku Sungha, istri CEO Lee Hyukjae. Aku ingin bertemu dengan Donghae sekarang.” Ucap Sungha.

“Ah.. ne ne.. mian nona. jeongmal mianhae..” Reseptionist segera menghubungi Donghae dan menjelaskan siapa tamu yang mencarinya.

“Mian nona, manajer lee Donghae bilang anda diminta langsung menuju ruangannya di lantai 7.” Ucap yeoja itu ramah.

“Oh ne, gomawo.” Sungha segera berlari menuju lift dan segera menuju ruangan Donghae. Sesampainya di depan pintu berwarna coklat bertuliskan deputy of international sales program, Lee Donghae, Sungha memberanikan mengetuk pintu.

“Masuk.” Jawab Donghae singkat.

“Annyeong..” Sungha sedikit membungkukkan tubuhnya.

“Sungha ssi? Silakan duduk.” Kata Donghae tersenyum.

“Ada apa mencariku?” lanjut Donghae.

“Aku harus bertemu Hyukjae, aku sangat ingin bertemu Hyukjae. Aku yakin kau tahu di mana dia. Jebal..”

“Untuk apa bertemu dia? Kalau untuk menyakiti dia lagi, sebaiknya jangan bertemu dia. Wae? Kau mau mengatakan padanya kalau kau ingin berada di sisi Joon?” Hae melipat tangan di depan dadanya. Pertanyaan Donghae membuat Sungha tercengang, jantungnya begitu sakit mendengar pertanyaan Donghae yang tiba-tiba menusuk.

“A…aniya… jangan bilang begitu, seakan-akan aku terlalu jahat. Tidak begitu. Aku mau mengatakan kalau..”

“Wae? Memang selama ini itu yang kau lakukan. Kau tidak tahu betapa dia sangat mencintaimu, hidupnya ia habiskan untuk mencarimu, mempersiapkan masa depan yang baik untukmu, tapi apa balasanmu? Dia begitu tulus padamu, bahkan dia rela menunda pertemuan bisnisnya dengan client asing demi makan malam bersama denganmu tiap malam, selama aku menjadi sahabatnya, inilah pertama kalinya dia begitu lemah. Dia begitu lemah terhadapmu, dia kalah karena mencintaimu.” DOnghae menundukkan kepalanya.

“Donghae ssi…..” air mata Sungha tak terbendung, tetesan Kristal bening itu kini membasahi pipinya.

“Kau tahu.. dia mengatakan padaku kalau dia mencintaimu, sejak kecil dan tidak pernah berubah, aku igat di hari saat kami menemukanmu di kafe itu, dia tersenyum, senyum yang begitu bahagia yang belum pernah kami lihat sebelumny, senyumnya tidak pernah pudar seharian itu, sejak saat itu dia selalu mengajak kami mengunjungi kafe tempat kau bekerja hanya agar bisa melihatmu. Segalanya kami upayakan agar dia bisa bersamamu. Seharusnya perjalanan bisnisnya akan diadakan hari senin ini, namun dia mempercepat semuanya. Dia iingin menenangkan dirinya.. dia memutuskan tidak lagi ingin mengekangmu, dia tidak mau merusak kebahagiaanmu, karena kebahagiaanmu ada pada Joon.” Mendengar penjelasan Donghae, Sungha semakin terpuruk, dadanya terasa sesak, air matanya semakin deras mengalir.

“Tidak begitu… kalian harus mendengar penjelasanku.” Ucapnya terisak.

“Dia melihatmu mencium Joon di rumah sakit. Apa artinya itu? hah? Kau begitu tajut kehilangan Joon, begitu mengkhawatirkan Joon, sampai kau rela menginap di rumah sakit demi menjaga Sung min. apa artinya itu Sungha ssi?!!!!! Kau tahu dia sangat benci melihat caramu memandang Joon, Dia benci melihatmu yang sekana begitu tersiksa tidak bertemu Joon!! Dia membenci kau memberikan ciumanmu pada Joon yang bahkan tidka pernah kau berikan padanya padahal dia suamimu!!!!!!! Kau tidak tahu betapa dia hampir gila melihatmu melakukan itu? dia Minum sampai mabuk parah karena itu..apa kau pernah perduli???!!!!!! Donghae lepas kendali meluapkan segala emosinya melihat sahabatnya tersakiti oleh gadis di hadapannya sehingga membuatnya membentak Sungha. Sungha semakin terpuruk, benar, benar semua yang Donghae katakan, bagaimana pun dia membantah, semua yang Donghae katakana adalah kebenaran, pikirnya.

“Aku.. mencintainya Lee Donghae..sungguh..” ucap SUngha di tengah isakannya. Donghae berusaha mengatur nafasnya untuk meredam kemarahannya.

“Jebal… izinkan aku bertemu dengannya.. jebal.. aku harus menjelaskan semuanya, aku harus mengatakanperasaanku, aku mencintainya.. sungguh..” Bibir Sungha bergetar di tengah isakannya menahan rasa sesak yang ada di dada.

“Mianhae… tidak seharusnya aku membentakmu. Mianhae…. Tapi.. apakah yang kau katakana itu benar?”

“Ne…. jebal.. beritahu aku di mana dia.. jebal…” Air mata Suungha belum kunjung berhenti.

“Baiklah. Aku akan memberitahumu. Dia sedang melakukan perjalanan bisnis di Macau.” Ucap Donghae kini lebih tenang.

“Tolong batu aku, urus keberangkatanku, aku ingin berangkat mala mini juga, aku tidak ingin menunda untuk bertemu dengannya.” Sungha berusaha meredam tangisnya dan menghapus air matanya dengan tangannya.

“Ne…. aku akan membantumu. Sudah jangan menangis lagi…” ucap Donghae tersenyum sambil menyerahkan tissue pada Sungha.

*************

Sungha melangkah masuk ke sebuah hotel bintang lima yang menurut Donghae adalah tempat di mana suaminya itu menginap. Dia menyerahkan tanda pengenal pada receptionist untuk melakukan check in.

“This is your key” Ucap seorang yeoja sambil menyerahkan sebuah card key pada Sungha.

“Thank you.” Sungha tersenyum sambil mengambil kunci tersebut. Ia mengedarkan pandangannya dan matanya terfokus pada beberapa orang namja mengenakan jas berjalan menuju lift. Dia merasa tidak asing dengan namja tersebut, hingga tanpa sadar ia mengikuti ke mana arah rombongan namja itu tanpa memperdulikan panggilan pegawai hotel.

“Eunhyuk Oppa. Eunhyuk Oppa..” ucapnya lalu mengejar rombongan tersebut. Jantungnya berdebar hebat saat dia yakin salah satu dari mereka adalah Hyukjae.

“Eunhyuk Oppa!!!” teriaknya sambil terus berlari berharap oang yang dimaksud mendengar panggilannya. Namun terlambat, Lift sudah tertutup membawa rombongan namja tersebut. Nafas Sungha terengah, dengan panic dia memencet tombol lift namun tidak terbuka.

“Tangga darurat. Ne, tangga darurat.” Sungha segera berlari ke meja receptionist menanyakan di mana keberadaan tangga darurat.

“I’m so sorry, we just use it for emergency situation. Besides, you can use our lift, let our staff brings you to your room and bring your stuffs madam .” Jelas pegawai hotel itu tersenyum. Sungha hanya bisa menghela nafas kecewa lalu mengikuti pegawai hotel yang bertugas membawakan barang-barangnya.

“Thanks you.” Ucap Sungha sopan sambil agak membungkukkan tubuhnya sopan pada pegawai hotel lalu menutup pintunya. Tubuhnya terasa amat lelah dan lemas, karena memang dia belum makan dan beristirahat sejak pagi.

“Mungkin aku harus beristirahat dulu, aku akan mendapatkanmu besok. Harus.” Ucapnya lalu memejamkan matanya.

********

“Yoboseyo…” jawab Sungha lemas.

“Yoboseyo…. Akhirnya ponselmu aktif. Kenapa begitu lemas? Belum bertemu dengannya?”

“Aniya.. belum Donghae ssi.. aku seperti melihatnya 2 hari yang lalu saat baru tiba di sini, namun tidak menemukannya lagi.” Jawab Sungha lemas terdengar putus asa.

“Aigoo.. aku juga tidak bisa menghubunginya belakangan ini. Hm….. ya! Sudah mencoba bertanya pada receptionist? Aku akan mencoba menghubungi kantor yang ada di macau untuk mencaritahu agenda mereka.” Ucap Donghae semangat.

“Ah… ne… aigoo… baboya.. kenapa tidak terpikir oleh ku? Ne, jeongmal gamsahamnida Donghae ssi..” Muncul secercah harapan di hati Sungha.

“Ne, jika ada kabar, aku akan segera memberitahumu. Annyeong..” sambungan 2 arah terputus. Segera Sungha memakai sepatunya dan turun ke lantai 1.

“Excuse me.. lee Hyukjae.. aish.. eottoke…” ucapnya bingung karena dia kurang menguasai bahasa Inggris.

“pardon? Lee Hyukjae?”

“Ne… hm… yes, Lee Hyukjae. Is there…Lee Hyukjae check in here?” Tanya Sungha lagi.

“Wait a minute, I’ll check it.” Hati Sungha berdebar sembari berdoa agar dia bisa dipertemukan dengan suaminya sebelum terlambat.

“I’m so sorry.. Lee Hyukjae already checked out last night.” Jelas yeoja tersebut tersenyum.

“Mworago?? It’s impossible. Can you check it again?”

“It’s clear madam, Mr. Lee Hyukjae, from Korea, no other.”

“Aigoo…… thanks.” Ucap Sungha lemas. Air matanya mendesak keluar, jantungnya terasa sesak.

“harus ke mana aku mencarimu? Wae?” Sungha memasuki lift lemas. Dia merindukan namja itu, sangat, Ingin sekali memeluk namja itu dan tak akan membiarkannya pergi lagi. Sesampainya di kamar, SUngha langsung membaringkan dirinya, kepalanya agak berat karena sudah terlalu banyak menangis. Dia mengaktifkan layar ponselnya dan memandangi foto pernikahan mereka. Dia ingat saat pernikahan bahkan mereka tidak melakukan ciuman, eunhyuk sangat paham keadaannya, padahal bisa saja Eunhyuk melakukannya. Tanpa terasa air matanya kembali menetes.

“Oppa….. gajima….. bogoshippo…”

************

Sungha memutuskan menelusuri kota Macau sendirian mencari sosok yang ia rindu, mulai dari resto, kafe, bar, hotel, namun jejak suaminya tetap tidak ada. Dia memutuskan membeli sebuah minuman kaleng dan duduk di salah satu kursi yang ada di taman kota untuk beristirahat sejenak.

“Appa appa… balonku terbang.. yah….” Seorang anak kecil terlihat bergegas mengejar balonnya yang terlepas dari tangannya. Akhirnya seorang namja yang mungkin adalah appanya berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka.

“Yoogeun.. balonnya sudah pergi. Jangan sedih ya. Nanti appa belikan lagi.” Hibur ayahnya.

“Aku menyukai balon itu pa, kami sudah belteman.” Terlihat raut sedih di wajahnya.

“Hm… dia pergi jauh, ke tempat yang lebih tinggi. Jangan sedih, nanti appa belikan yang besar, tapi sekarang, siapa yang mau makan es krim coklat?” Tanya Appanya sambill tersenyum.

“Aku!!!!” teriak anak itu sambil tersenyum senang membuat appanya tertawa melihat tingkah putranya.

“Kajja kita cari eomma..” sepasang ayah dan anak itu pun menghilang dari pandangan Sungha, Sungha tersenyum melihatnya, ia membayangkan betapa senangnya jika dia dan Hyukjae bisa membangun keluarga kecil yang bahagia seperti itu, pasti lucu. Setetes air mata berhasil meluncur manis di pipi kirinya. Getaran pada ponselnya membuyarkan lamunannya. Sebuah pesa masuk dari Lee Donghae.

“jam 2 siang, rapat dengan staff produksi dan pimpinan perusahaan cabang dan rekanan ruang meeting the Venetian Macau hotel. Datanglah.Katakana kau adalah utusanku agar diizinkan masuk. Semoga beruntung.” Sungha melirik pada jam tangannya.

“ah.. sudah hampir jam 2, ak harus bergegas.” Sungha segera merapikan diri dan bergegas menuju hotel yang dimaksud. Dadanya berdetak hebat. Dia sangat bergharap pada kesempatan kali ini. Sesampainya di hotel yang dimaksud, dia segera menemui receptionist untuk bertanya di mana ruang rapat tempat suaminya berada sekarang.

“Where are you from?” Tanya seorang yeoja berseragam merah maroon yang ada di hadapannya.

“Lee Donghae, from korea.” SUngha menunggu dengan was-was.

“Madam, let our staff brings you there.” Sungha mengikuti salah seorang staff yang ditugaskan untuk mengantarnya, karena memang tidak semua orang bisa menggunakan lift naik ke atas tanpa kartu kunci. Pintu lift terbuka, Sungha kembali mengikuti ke mana namja pegawai hotel itu melangkah hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari paduan kayu dan kaca.

“We arrived madam, have a nice meeting, I’m leaving.” Ucap namja pegawai tersebut tersenyum

“Ne, thanks.” Sungha sedikit membungkukkan tubuhnya sopan dan sejenak melihat kepergian namja tersebut. Jantungnya berdetak cepat sekali hingga ia ingin menangis rasanya, sekujur tubuhnya keringat dingin. Dia menghela nafasnya kemudian memberanikan diri membuka pintu besar itu. perlahan dia melangkah masuk, dan menutup pintunya. Dari pintu itu dia melihat ada banyak orang mengenakan jas duduk di balik meja oval yang jaraknya berkisar 10 meter dari tempat ia berdiri. Dia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya. Mataya terpaku pada sosok yang berdiri membelakanginya, berdiri di dekat layar presentasi terlihat sedang menjelaskan. Matanya agak berembun karena kembali air matanya keluar. Namja itu…. namja yang ia rindukan, sangat dia rindukan. Segera dia berjalan cepat dan memeluk punggung namja itu, air matanya kembali deras mengalir dengan tubuh yang terisak, tak peduli puluhan mata sedang memandangnya saat ini, bahkan namja itu pun terkejut.

“Mianhae… jeongmal mianhae…. Jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku. Eunhyuk oppa… aku salah, aku salah selama ini, aku minta maaf.. cintaku lebih besar untukmu, bukan untuk Joon. Percaya padaku, maafkan aku.” Ucapnya di sela-sela isakannya. Salah seorang peserta rapat ingin menyela namun ditahan oleh seseorang yang lain. Namja yang ia peluk mencoba bergerak untuk berbicara padanya, namun seseorang dari peserta rapat itu member isyarat untuk diam saja.

“Kenapa pergi tanpa mengabariku? Kenapa pengakuanmu terlambat? Kau tahu, aku hampir gila karenamu. Aku tidak makan 3 hari ini karena tidak tenang belum bertemu denganmu. Jangan salah sangka padaku, aku mencintaimu, kalau kau benci aku khawatir pada Joon, aku tidak akan melakukannya, aku janji akan jadi istri yang baik mulai sekarang. Wae? Kenapa kau tidak mengaku dari awal kalau kau adalah Eunhyuk? Wae? Kau tahu.. aku hampir gila karena merindukanmu sejak kepegianu, aku bahkan sempat sakit dan tidak mau sekolah karena tidak bisa melihatmu. Sekarang aku menemukanmu,aku minta jangan pergi lagi. Karena aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Pelukan Sungha semakin erat dengan air mata yang sudah membasahi jas namja itu. Salah seorang namja berjalan mendekati mereka dan berdiri di belakang Sungha memperhatikan yeoja itu yang menangis terisak terlihat begitu tersiksa dengan perasaannya.

“Eunhyuk Oppa.. kenapa kau diam? WAE???!!!!!! Hiks hiks..” Sungha memegangi dadanya yang terasa sesak akibat menangis.

“Ck. Karena yang kau peluk bukan Eunhyuk Oppamu.” Sungha terkejut mendengar suara itu, suara yang begitu familiar di telinganya. Dia mengangkat kepalanya melihat sosok namja yang ia peluk lantas segera melepaskan pelukannya.

“Mi… mianhae…” ucapnya malu. Lalu segera melihat namja yang berbicara di belakangnya. Eunhyuk, namja yang berdiri di belakangnya itu tersenyum, senyum yang sangat Sungha rindukan. Eunhyuk langsung menarik Sungha dan memeluk Sungha erat di hadapan para peserta rapat.

“Bogoshippo… jeongmal..” ucap Eunhyuk berbisik. Sungha kembali terisak dan membalas pelukan Eunhyuk. Beberapa yeoja peserta rapat meneteskan air mata terharu melihat kisah cinta pimpinannya langsung di hadapannya. Mereka terus berpelukan hingga akhirnya peserta rapat bertepuk tangan untuk mereka membuat mereka tersadar dan segera melepaskan pellukannya karena malu. Eunhyuk tersenyum lalu mengecup kening Sungha hangat. Suasana ruang rapat kembali tenang, Eunhyuk membawa Sungha berdiri di sampingnya untuk menjawab raut  tanda Tanya di wajah para staff dan rekanannya.

“This is Lee Sungha, my wife. I think some of you already met her in or wedding. I’m so sorry for a few time ago. Ang..mr Hwang, I’m so sorry for just now.” Ucap Eunhyuk sambil tersenyum. Namja yang jadi korban pelukan Sungha tersenyum member tanda tidak masalah.

“Annyeong Haseyo yeorobun…” Sungha membungkukkan tubuhnya sopan sambil tersenyum dengan wajahnya yang sembab dan merah sisa tangisannya tadi.  Eunhyuk mempersilakan Sungha duduk pada kursi yang sudah disiapkan di sebelahnya sambil terus menggenggam tangan Sungha dengan tangan kirinya. EUnhyuk melanjutkan rapatnya yang sempat tertunda, sementara Sungha sibuk memandangi suaminya berbicara.

“I think, your team’s planning is great, we can run it. I approve it. I closet our meeting today, and thanks for your time, I need more chance with my wife.” Ucap Eunhyuk tersenyum.

“Kenapa memandangiku terus? Terlalu tampan saat memimpn rapat?” ucap Hyuk bercanda. Sungha menanggapi dengan memukul lengan Eunhyuk sambil mengerucutkan bibirnya.

“Hahahahahaha.. kajja..” Ajak Eunhyuk. SUngha tersenyum lalu memeluk lengan suaminya mengikuti kemana ia akan dibawa.

“Barang-barangku ada di hotel yang satunya,di tempat pertama kali kau menginap.”

“Kita ambil nanti, kita makan dulu. Istriku butuh banyak asupan gizi.” Ucap Hyuk tersenyum.

**********

Eunhyuk dan Sungha kini tengah menikmati suasana malam Macau dari balkon kamar hotel mereka dengan sebelah tangan yang berkaitan. Sudah lama Eunhyuk mendambakan bisa melakukan ini dengan Sungha.

“Jadi… bagaimana kau bisa sampai di sini?” Tanya Donghae.

“Ne… Donghae yang membantuku. Dia benar-benar membantuku, benar-benar berjasa.” Jawab Sungha tersenyum.

“Jangan terlalu memujinya, apalagi di hadapannya, di agak menyebalkan jika terlalu dipuji, hahahahaha…” Eunhyuk menarik Sungha dalam rengkuhannya memangkas jarak di antara mereka.

“Mian ya.. karena tidak memberitahumu dari awal, karena aku benar-benar tidak tahu caranya, aku gerogi dan bingung. Maka dari itu aku memutuskan untuk memberitahunya pelan-pelan, namun ternyata ingatanmu payah sekali.”

“Masih sempat meledekku, eo? Sudah, jangan dibahas, kau sudah menjelaskan semuanya di suratmu. Aku lega sekali rasanya.” Sungha menanggapi sambil tersenyum.

“waktu itu..aku membawamu bertemu orang tuaku karena aku khawatir sekali, khawatir orang tuaku akan memaksaku menikahi yeoja pilihan mereka, karena aku hanya ingin kau, tidak yang lain. Hanya kau. Maaf membuatmu terkejut.” Jelas Eunhyuk sambil lebih mengeratkan rengkuhannya untuk membuat istrinya merasa hangat.

“hm… bagaimana Lee Joon? Apa sudah sehat?” Tanya Eunhyuk agak ragu.

“Ne, sudah lebih baik. Dia juga yang menyemangati aku untuk mengejarmu, mengejar cintaku.”

“Oiya? Wah… ak uharus berterima kasih..” Eunhyuk menghela nafas lalu memandang lurus ke depan memandangi keindahan Macau di malam hari.

“Oppa…. Terima kasih sudah menjebakku, aku senang bisa terperangkap dalam jebakanmu.” Sungha tersenyum sambil memberanikan diri memeluk pinggang Eunhyuk, Eunhyuk tersenyum dan memandangi wajah Sungha hingga akhirnya dia mendaratkan bibir tipisnya pada bibir istrinya. Sungha hanya bisa memejamkan matanya meredam debaran jantung yang begitu cepat bak pacuan kuda.

‘paket bulan madu ke Parisku akan segera berguna,’ begitulah yang Eunhyuk kirimkan pada Donghae melalui sns berbarengan dengan foto selfienya dengan istrinya. Donghae tersenyum melecehkan.

“Dasar namja tidak berguna. Hahahahahahaha…” lalu kembali menyimpan ponselnyaa. Setelah kembali dari Macau, Sungha dan Eunhyuk resmi menggunakan 1 kamar yang sama atas kehendak bersama, Sungha mulai membiasakan dirinya menjadi istri seorang CEO, begitupun eunhyuk yang sikapnya di rumah jauh berbeda menjadi lebih hangat dan mengerti. Suasana rumah menjadi semakin hangat, dan mereka sering mengundang orang tua mereka untuk menginap.

Sungha membuka pintu menghadirkan sesosok yang mereka nanti nantikan. Sungha tersenyum lalu memeluknya sekilas.

“Kajja.. Eunhyuk, Donghae, Yuri dan Vic sudah menunggu di belakang, mereka sedang mencoba membakar daging.” Ucap Sungha tersenyum lalu mengajak orang tersebut mengikutinya. Sejak dia merelakan Sungha pergi mengejar cintanya, hubungan Joon dan Sungha kembali menghangat. Dan di sini lah dia, bergabung dengan teman-teman Eunhyuk menghadiri pesta barbeque yang Sungha adakan.

Joon dan Eunhyuk berdiri menghadap kolam renang yang ada di taman belakang kediaman Eunhyuk dan Sungha. Mereka hanya diam beberapa saat hingga akhirnya Joon angkat bicara.

“Kau yang menang.. kau memenangkan hatinya…” Ucap Joon sambil menatap ke atas permukaan kolam yan berwarna biru muda.

“Ne… aku sudah menang jauh sebelum kau. Geundae… gomawo sudah menjaga Sunghaku selama ini.” Eunhyuk kini melihat kea rah Joon.

“Hahahahaha.. kau ini. Jangan berterima kasih, cukup kau jaga dia dengan sangat baik, jangan biarkan siapapun menyakitinya dan jangan biarkan dia menangis lagi.” Joon tersenyum menanggapi.

“Ne.. pasti. Mian.. dan gomawo..” Eunhyuk tersenyum.

End.

Huaaaaa akhirnya… jeongmal gomawo untuk semua yang udah rela baca.. maaf ya kalau banyak bahasa yang gak enak dibaca, gak nyambung dan semrawut, karena ngerjainnya juga sedang dalam keadaan semi semrawut 😀 semoga kalian suka, sekiranya ada yang perlu saya edit, silakan member komentar, secepatnya jika saya setuju dan sempat akan saya perbaiki. Sekali lagi..gomawo ^^

5 Komentar

Filed under fanfiction

5 responses to “Yesterday, Today and Tomorrow (Part 4, end)

  1. sungha_kim

    Huahhhhhh daebakkkkk….
    Kerennnn… Hyuk pabo, autor kece gomawoyo:*

  2. sungha_kim

    Ne….
    Hayo thor panjangin lagi biar bisa jadi novel ne cerita..
    Tapi peran ceweknya tetap kim sungha ya 🙂
    Kerennnnnnnnnnn
    Love you authorrrrr
    Khamsamidha……..
    #bow

  3. njirrrr… mata udah sembab, hidung udah mampet, pipi udah basah karna saking dalemnya meresapi isi cerita. eeehhh tiba2 malah dibikin ngakak akibat insiden salah peluk.. hadoohhh nangis sambil ketawa ini ceritanya.. 😀
    author cantik, ff yg ini bagus. cuma part 1 nya yg agak kurang. saia yg gk pinter dalam mereview, merasa di part 1 nya terlalu hambar. pemilihan katanya juga kadang gk pas. kalo untuk typo di part 1,2, 3 & 4 keknya selalu ada dehh.. 🙂
    kalo ada ff baru lgi jangan lupa kabarin nya 🙂
    mian baru baca sekarang.
    fighting author :*

    • eonni…. aku baru balas sekarang hahahahahaha… gomawo banget ya reviewnya.. untuk ff yang ini aku ngakuin ak u gak terlalu fokus kerjainnya.. dan sepertiya otakku mengalami penurunan kemampuan hahahahaha

Tinggalkan komentar