Yesterday, Today and Tomorrow (Part 3)

Title       : Yesterday, Today and Tomorrow

Genre   : Romance

Length  : Part/ series

Rated    : 15

Cast       :

  • Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk
  • Kim Sungha
  • Lee Joon
  • Lee Donghae

Author  : Rinriza

Twitter : @Rinriza

Fb           : Riza Ramadhani Ef

Ff ini murni hasil pertapaan(?) author, kalo ada kesamaan cerita, author minta maaf, tapi ini murni hasil pertapaan (?) author.. Part ini agak panjang..Happy read and don’t forget to like and comment 😀 warning!! Typo bergentayangan, hihi.. Author sedang dalam  keadaan berantakan saat menyelesaikan ini.. happy read!!!! I hope you gals like it^^

“Akhirnya kalian pulang pengantin baru yang berusaha menipu eommanya!” Seru Nyonya Lee ketika melihat anak dan menantunya memasuki ruang keluarga, benar-benar membuat Hyuk dan Sungha terkejut.

**************

Hyukjae dan Sungha duduk berdampingan dan saling menunduk, sementara Nyonya Lee mondar- mandir di hadapan mereka. Wajahnya terlihat kesal.

“Kailan ini benar-benar!! Apa maksudnya tidur terpisah seperti itu, eo? Wae??!!” Nonya Lee berdiri dengan nafas terengah menahan emosi.

“Eomma mianhae.. kami hanya belum siap. Ini hanya sementara kok, eomma tenang saja. Kami bisa mengatur diri kami.” Bela Hyukjae.

“Hyukie ya… mengatur diri sendiri? Mau sampai kapan? Sudah eomma duga ada yang tidak beres dengan pernikahan kalian. Sungha, Apa Hyukjae sudah membawamu dan memperkenalkanmu pada seluruh pegawai di kantor? Jawab eomma.” Tanya Nyonya Lee tegas.

“aniya eomma..” jawab Sungha jujur, Hyukjae langsung menatapnya kesal.

“Hyukjae!! Kau ini benar-benar!”

“Eomma… dia yang tidak mau datang ke kantor, aku sudah memintanya datang.” Hyukjae membela diri.

“kau seharusnya berinisiatif membawa dia, mana mungkin istrimu pergi sendirian. Eomma tidak mau tahu, eomma akan menginap di sini selama seminggu. Eomma harus awasi kalian. Dan mulai malam ini, gunakan 1 kamar. Arasseo???”

“Ne eomma.” Jawab Hyukjae enteng.

“Mworago? Eomma…”

“Sungha sayang.. Hyukjae sudah setuju. Nak, eomma dan appa sudah tua, kami ingin punya cucu.” Jelas Nyonya Lee tersenyum. Sungha menghela nafas panjang dan hanya bisa pasrah menerima.

“Kita gunakan kamarku. Aku lebih nyaman berada di kamarku. Kalau sudah mengantuk masuk saja, pintunya tidak dikunci.” Hyukjae bangkit dari sofa dan berjalan pergi meninggalkan Sungha yang bingung sendirian.

Suara ketukan pintu membuyarkan konsenterasi Hyukjae yang sedang fokus pada layar datar di hadapannya memeriksa rencana penjualan yang dikirimkan sekretarisnya lewat email.

“Masuk.” Ucapnya singkat kemudian melanjutkan pekerjaannya. Sungha menghela nafas berat kemudian memberanikan diri memasuki kamar suaminya. Pintu terbuka, Sungha masuk ke dalam, dan matanya langsung menyapu sekitar ruangan. Kamar berukuran besar dengan dominan warna putih, terdapat sebuah tempat tidur berukuran king size, sebuah televisi layar datar, sofa panjang, closing closet besar dan sebuah ruang kerja kecil. Sementara pemilik kamar tengah duduk di depan meja kerja tanpa memperdulikan orang lain yang baru saja masuk ke kamarnya. Sungha memberanikan diri mendekat kemudian duduk di sofa panjang berwarna putih yang berada tidak jauh dari tempat tidur.

“Kamarmu bagus.” Sungha mencoba memulai pembicaraan.

“Kau tidak suka kamarmu? Semua barang di dalamnya sesuai keinginanmu, warnanya juga.” Hyukjae berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.

“Suka, sangat suka. Aku hanya memuji kamarmu, itu saja. Hm… kau sedang apa?” Sungha memberanikan diri bertanya.

“Membaca rancangan penjualan yang dikirim sekretarisku. Kau sudah mengantuk?” akhirnya Hyukjae mengalihkan pandangannya pada istrinya.

“Ne… tapi.. bagaimana cara kita tidur?” Hyukjae tersenyum sekilas mendengar pertanyaan istrinya. Ia sudah menduga sungha pasti akan mempertanyakan hal ini. Ia menutup laptopnya lalu berjalan ke tempat tidur.

“begini, aku tidak mau tidur di sofa. Kita tidur di tempat tidur tapi beri batasan di tengah, bagaimana?” Tanpa menunggu jawaban dari Sungha, Hyukjae langsung mengambil posisi berbaring di sisi kanan tempat tidur. Sungha bimbang, dia bingung harus bagaimana. Setelah memastikan Hyukjae sudah memejamkan mata, Sungha memberanikan diri untuk naik ke tempat tidur, berbaring di sebelah Hyukjae dengan sebelumnya menumpuk bantal sebagai batasan mereka berdua. Sungha mencoba menutup matanya, namun tetap ia tidak bisa tidur. Dia menatap Hyukjae yang tertidur di sebelahnya, ia tengah merenung masih tidak percaya kalau namja yang ada di sebelahnya ini adalah suaminya. Ia sedikit berharap seandainya di sampingnya ini adalah Joon, namja yang ia cintai. Namun kegiatan mereka di Gwanghwamun membuatnya berpikir. Namja ini sepertinya tidak asing baginya, dan tidak mungkin tidak ada alas an di balik pernikahan mereka yang mendadak.

*************

“Nugu? Oppa?” Tanya Sungha saat merasakan seseorang menutup matanya dari belakang, namun orang itu tidak mengatakan apapun.

“ya!! Ini tidak lucu!” ucap Sungha kesal. Joon tertawa lalu melepaskan tangannya dan mengambil posisi duduk di sebelah Sungha.

“Oppa!!” Sungha memukul Joon kesal, Joon berusaha menghentikannya sambil tertawa.

“Hahahahaha.. mianhae.. kenapa mengajakku bertemu? Kau tahu kan aku sibuk?”

“Yasudah, aku pulang!” rajuk Sungha

“Hahahahahaha.. bercanda. Ada apa?”

“Aku bingung. Aku ingin mencari pekerjaan atau melakukan apapun, aku bosan di rumah. Hanya ada ahjuma. Hyuk sibuk. Oppa.. aku bingung padanya. Terkadang dia bisa menjadi sosok yang menyenangkan, namun terkadang dia seakan tidak menganggapku ada di rumah. Sebenarnya apa yang dia inginkan dariku? Hanya mau mengurungku?” omel Sungha.

“aku sudah mengatakan padamu dari awal. Kau mengorbankan kebahagiaanmu. Hentikan saja. Aku bisa membantumu kalau kau mau.”

“Tidak bisa oppa… ini tidak semudah itu..”

“Wae? Kau mulai mencintainya?” Tanya Joon serius.

“Mwo? Aniya.. bukan itu. Sulit untuk dijelaskan. Ada yang ingin aku ketahui dari dia, dia menyembunyikan sesuatu, dan aku ingin memastikan dugaanku.”

“Dugaan? Apa?”

“Sudahlah. Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Ayolaaaaah… hibur sahabatmu ini.” Ajak Sungha manja.

“Aish… dasar kau ini. Kajja.” Ajak Joon sambil menacak gemas kepala Sungha.

*************

Mobil Hyukjae melaju membelah jalanan kota Seoul yang sibuk. Senja sudah menampakkan cahayanya. Hyukjae merilekskan posisi duduknya sambil menatap keluar jendela.

“Donghoon.. berhenti sebentar di toko bunga itu.” Perintah Hyukjae pada supirnya.

“Ne tuan.” Mobil berhenti di pelataran sebuah toko bunga, Hyukjae turun dari mobilnya dan berjalan memasuki toko tersebut.

“Annyeong haseyo tuan.. ada yang bisa saya bantu?” Sapa penjaga toko sambil tersenyum.

“Ne.. aku ingin membeli bunga untuk istriku, kira-kira bunga apa yang cocok?” \

“Biasanya mawar merah, mawat putih atau bunga lili.”

“Ah.. begitu. Kalau begitu, aku ingin membeli mawar putih. 1 buket.”

“Ne tuan, tunggu sebentar biar saya ambilkan.” Hyukjae tersenyum membayangkan wajah Sungha ketika menerima bunga darinya. Setelah membayar dia kembali ke mobil, dan mobil kembali melaju menuju rumah mereka.

“Tuan sudah pulang?” sapa ahjuma.

“Ne, mana Eommaku? Sungha di rumah?”

“Nyonya belum kembali dari melihat butik di busan, tapi nanti malam pulang, sementara nona muda pergi, katanya mau bertemu dengan temannya.”

“Oh begitu. Ahjuma sudah masak untuk makan malam?”

“Belum tuan, mian. Tapi sebentar lagi saya siapkan.”

“Tolong masak sup kepiting. Sungha suka sup kepiting.”

“Ne tuan. Wah… tuan membeli bunga untuk nona muda ya? Nona muda pasti senang sekali.” Hyukjae tersenyum menanggapi pernyataan pembantunya.

“Ne. aku ke atas dulu.” Lanjutnya lalu pergi ke kamarnya.

Hyukjae duduk di balkon kamarnya menunggu kepulangan Sungha sambil menikmati teh hangat yang ia minta pada ahjuma. Sesekali melihat ke arah jam. Ingin menghubungi untuk bertanya yeojanya ada di mana, tapi dia takut Sungha merasa terganggu. Sementara itu Sungha melihat ke arah layar ponselnya, tidak ada pesan atau pun panggilan dari Hyukjae.

“Sepertinya dia tidak khawatir kalau aku terlambat pulang. Padahal malam ini kami seharusnya makan malam bersama. Apa jangan-jangan dia masih di kantor ya?”

“Mungkin dia sibuk. Sepertinya pekerjaannya lebih menyita waktunya dari pada memikirkan istrinya, hahahahaha..” ucap Joon sembari fokus pada stirnya.

“Ya! Jangan begitu oppa. Siapa tahu dia sudah berada di rumah.” Jawab Sungha. Joon memarkirkan mobilnya di pelataran rumah yang ditempati Sungha dan Hyukjae.

“Gomawo untuk hari ini oppa..”

“ne.. Sungha… kau tahu aku tidak bisa melihatmu bersedih. Kau tidak bisa membohongiku, kita bukan baru kenal kemarin. Sudah 3 tahun. Apapun yang terjadi, katakana padaku. Aku selalu siap untukmu.” Ucap Joon sambil menggenggam tangan Sungha.

“Oppa…..” Hati Sungha terenyuh mendengar kata-kata Joon. Joon benar, dia tidak bisa menanggung semua sendiri. Dia butuh Joon. Tanpa mereka sadari mata mereka saling menatap berusaha memasuki pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran Joon sekarang, di luar kendalinya bibirnya kini menyentuh bibir Sungha, dan sepertinya Sungha membiarkannya tanpa penolakan hingga akhirnya ia tersadar dan segera melepaskan bibirnya dari bibir Sungha.

“Mianhae.. aku…aku tidak bermaksud…”

“Ani oppa. Jangan meminta maaf. Aku masuk dulu.” Sungha tidak berani menatap wajah Joon, jantungnya bergemuruh saat ini. Joon segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Sungha. Tanpa berkata apapun, Sungha sedikit membungkukkan badannya lalu berjalan masuk ke dalam rumah, Joon memperhatikannya hingga ia hilang di balik pintu lalu ia pun kembali ke mobilnya dan pergi dari rumah tersebut.

Hyukjae memperhatikan mereka dari atas balkon kamarnya. ‘kenapa lama sekali turun dari mobil?’ pikirnya. Melihat Joon turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Sungha membuat hati Hyukjae terasa sesak. Dia memperhatikan bagaimana cara Joon memperhatikan istrinya, dia merasa Joon bukan hanya sekedar sahabat untuk Sungha. Terlebih melihat ekspresi keduanya saat turun dari mobil, seperti telah terjadi sesuatu di antara mereka. Hyukjae mengepalkan jari-jarinya dan segera masuk ke dalam kamar.

Sungha melihat Hyukjae sedang menyantap makan malamnya saat dia turun ke ruang makan. Wajah Hyukjae terlihat datar. Sungha memberanikan diri duudk di sebelah Hyukjae.

“Kenapa makan duluan?” Tanya Sungha sambil meraih makanannya.

“Aku lapar. Kau lama sekali turun. Bukannya seharusnya kau yang menungguku?” Hyukjae membalikkan pertanyaan tanpa memalingkan pandangannya pada Sungha.

“Kau marah ya?” Mendengar pertanyaan Sungha, Hyukjae menghentikan makannya dan menutup sendoknya.

“apa alasanku marah padamu?” Kini Hyukjae mengalihkan pandangannya pada Sungha.

“Ya…mungkin Karena aku pulang terlalu lama, atau mungkin Karena aku pergi dengan Joon.”

“Bukannya itu hakmu? Aku sudah bilang tidak mengurungmu di rumah ini. Kau bisa pergi dengan siapa saja. Seperti biasa, masuk saja kalau sudah mengantuk. Aku tidak akan mengunci pintu. Itu menjadi kamarmu juga sekarang.” Hyukjae meminum air dari gelasnya kemudian bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Sungha yang baru saja menuangkan sup kepiting di piringnya.

“Oppa… temani aku makan, jebal.. kau sudah meninggalkanku bekerja seharian, apa tidak mau hanya sekedar menemaniku makan?” Sungha memberanikan diri. Hyukjae menghentikan langkahnya dan kembali duduk di sebelah Sungha.

“ne.”

“Oppa… kalau kau tidak suka aku pergi dengan Joon, bilang saja..”

“Jangan bahas itu atau kau makan sendirian saja.”

“Kau cemburu?” Tanya Sungha bercanda. Hyukjae meminum sisa jus yang ia tinggalkan setelah makan tadi.

“Apa kau masih lama selesai makannya? Aku mau ke kamar mandi. Masuk saja nanti kalau sudah mengantuk.” Hyukjae bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Sunga menghabiskan makanannya sendiri.

Sungha memegangi bibirnya, mengingat kejadian yang dilakukan Joon di mobil tadi. Seharusnya dia merasa senang, karena itu adalah ciuman pertamanya dengan orang yang dia cinta, namun entah mengapa hatinya bertolak belakang. Sedikit rasa sedih dan kecewa menghampiri. Akhirnya dia memutuskan untuk memasuki kamar Hyukjae, itu pun karena mertuanya mengecek kamarnya dan ternyata dia belum masuk ke kamar suaminya. Dia menemukan sebuket mawar putih di atas meja kerja Hyukjae dia mendekat dan meraih mawar itu, menghirup wanginya.

“Bunga? Kau membeli bunga untuk siapa?” Sungha mengambil sebuah kartu kecil yang menempel pada ikatan mawar tersebut dan membacanya.

‘semua akan baik-baik saja Sungha ssi..’ kata-kata tersebut membuat Sungha terkejut. Ia menghampiri tempat tidur mereka dan memperhatikan Hyukjae yang tengah memejamkan matanya dengan wajah yang terlihat damai. Pikirannya tidak bisa terlepas dari kejadian yang dia alami dengan Joon tadi.

“oppa mianhae..” ucap sungha pelan. Satu per satu bantal yang membatasi tempat tidur ia pindahkan ke pinggir. Tangan Sungha perlahan bergerak ingin menyentuh rambut Hyukjae, namun ia urungkan niatnya. Dia menghela nafas dalam dan akhirnya memberanikan diri memeluk Hyukjae yang tengah tertidur pulas. Air matanya menetes, dia bingung.. benar-benar bingung. Dia bingung menghadapi hatinya sendiri.

“Apa kau mencintaiku? Kenapa tidak pernah mengatakannya? Apa kau menikahiku hanya Karena orang tuamu? Jebal.. bantu aku menemukan jawaban.” Air mata Sungha mengalir semakin deras hingga akhirnya dia tertidur.

Di tempat lain Joon memandangi fotonya dengan Sungha yang mereka ambil 3 tahun lalu. Dia tidak bisa merelakan yeoja yang ia cintai direbut kebahagiaannya oleh namja lain hanya karena faktor ekonomi. Dia mengambil sebuah kotak kecil transparan berisi cincin bermata mutiara kecil, dia berniat mengutarakan cintanya pada Sungha dan melamar yeoja yang ia cintai itu, Karena ia yakin Sungha pun mempunyai rasa yang sama seperti yang ia rasakan.

Hyukjae terbangun dari tidurnya dan terkejut melihat Sungha sedang terlelap dalam pelukannya. Detik itu juga jantungnya berpacu bak pacuan kuda. Bibirnya tertarik melengkungkan senyuman tanpa ia sadari. Melihat istrinya tertidur pulas membuat hatinya tenang. Bahkan yeoja ini terlihat cantik walau sedang terlelap. Dengan hati-hati ia memberanikan diri mencium kening Sungha. Ia merelakan lengan atasnya menjadi bantal penyangga bagi kepala istrinya walaupun sejujurnya ia mulai merasa keram. Matanya buru-buru ia tutup ketika Sungha perlahan bergerak dan mulia membuka mata. Mata Sungha seketika itu membulat menyadari wajahnya hanya berjarak 5 cm dengan Hyukjae. Debaran jantungnya mendadak cepat. Ia buru-buru bangkit dari posisi tidurnya dan segera meletakkan bantal di tengah tempat tidur, takut kalau Hyukjae mengetahui apa yanag ia lakukan tadi malam. Dia memutuskan kembali ke kamarnya sebelum bibirnya tidak bisa bicara jika Hyukjae terbangun. Pintu tertutup, Hyukjae membuka matanya dan kembali tersenyum.

“Sungha ssi… palli ingat aku.” Ucapnya sambil tersenyum. Dia beranjak keluar dari kamarnya menghampiri kamar Sungha dan mengetuk pintunya.

“Oppa?” Sungha membuka pintu, dia tersenyum berusaha menutupi debaran jantungnya.

“Hari ini ikut aku ke kantor. Kau akan aku bawa berkeliling. Jadi… berdandan lah yang cantik.”

“hm..ne…” Hyukjae membalikkan badannya dan berjalan ke kamarnya, namun langkahnya terhenti, menyadari Sungha masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Hyukjae melangkah kembali menghampiri Sungha lalu mencium keningnya. Sungha membulatkan matanya terkejut, Hyukjae tersenyum canggung lalu segera kembali ke kamarnya dan menutup pintu.

“Eomma harus pulang ke rumah karena ada urusan selama eomma tinggal, jangan harap bisa menggunakan kamar terpisah, aka nada banyak pihak yang melaporkan pada eomma. Eomma ingin segera mendapat cucu, mengerti?” Nyonya Lee berbicara sebelum memasuki mobilnya.

“Ne eomma… salam untuk appa.” Hyuk menanggapi.

“Hati-hati di jalan eomma..” Sungha ikut menanggapi sambil tersenyum.

“Ne…. annyeong……” Nyonya Lee melambaikan tangannya sambil tersenyum hingga mobilnya meninggalkan pekarangan rumah milik Hyukjae.

“Palli siap-siap, kita harus segera berangkat.” Ucap Hyukjae seklilas kemudian berjalan meninggalkan Sungha kembali ke arah kamarnya.

*************

Seluruh karyawan kantor berkumpul di lantai satu atas perintah sang atasan, karena ada pengumuman penting yang akan disampaikan. Semua orang merapikan barisan ketika seorang pemuda yang mengenakan jas resmi tampak turun dari mobil memasuki kantor disambut oleh sahabatnya Donghae, seorang yeoja tampak mengikuti di belakangnya dengan canggung. Hyukjae menghampiri yeoja tersebut lalu menggandeng tangannya menuju tempat yang sudah disiapkan oleh bawahan Donghae.

“Perhatian semuanya.. maaf mengganggu pekerjaan kalian di pagi ini. CEO perusahaan kita, tuan Lee Hyukjae akan mengumumkan sebuah pengumuman penting. CEO Hyukjae ssi, silakan.” Ucap Donghae tersenyum.

“Ehem… annyeong haseyo yeorobun.. sebagaimana yang kalian tahu, aku sudah menikah, dan sekarang aku akan memperkenalkan yeoja itu pada kalian.” Hyukjae merangkul bahu Sungha membuat Sungha semakin gugup.

“Namanya Kim Sungha, dia mungkin akan sering berkunjung ke kantor untuk menemuiku, jadi aku harap kalian memperlakukan dia dengan baik dan hormati dia sebagaimana kalian menghormati aku. Chagiya.. bicaralah sedikit.”

“Ne?” Sungha tampak kebingungan dengan suruhan Hyukjae, lalu Hyukjae sedikit menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Sungha. Ia sedikit menghela nafas, kemudian memberanikan diri untuk bicara.

“Annyeong haseyo yeorobun… Kim Sungha imnida.. bangapseumnida..” ucapnya tersenyum lalu sedikit membungkukkan tubuhnya sopan. Hyukjae sedikit berbicara pada Donghae dan ditanggapi Donghae dengan anggukan tanda ia mengerti arahan bosnya.

“Baiklah.. terima kasih untuk waktu produktif kalian, pengumuman sudah selesai. Silakan kembali bekerja, dan bagian pemasaran harap menyerahkan laporannya ke mejaku lalu sekretaris Shin, siapkan ruangan meeting, akan ada pertemuan dengan klien hari ini. Semuanya boleh kembali bekerja.” Donghae menyelesaikan perkataannya. Hyukjae menggandeng tangan Sungha dan mengajaknya masuk ke dalam lift khusus yang hanya digunakan oleh petinggi-petinggi kantor.

“kantormu bagus.” Puji Sungha lalu duduk di sofa yang ada di ruangan Hyukjae.

“Geurae? Gomawo.. kalau mau apa-apa, bilang saja.” Hyukjae mengambil posisi di kursi kebesarannya, lalu segera memeriksa laporan-laporan yang sudah ada di mejanya. Sungha berjalan berkeliling ruangan tersebut, ruangan yang didominasi warna kesukaannya. Kegiatannya terhenti dengan suara ketukan pintu.

“Masuk.” Perintah Hyukjae. Seorang yeoja berambut panjang dan bertubuh tinggi seperti seorang model dengan rok di atas lutut memasuki ruangan. Sungha memperhatikan yeoja tersebut dengan seksama, entah kenapa dia tidak suka melihat cara yeoja itu memandang Hyukjae.

‘bukan urusanku.’ Ucapnya dalam hati lalu mengambil sebuah majalah dan kembali duduk di sofa, namun sial, matanya tidak bisa diajak kompromi untuk tidak melihat ke meja Hyukjae. Dilihatnya yeoja tersebut kini berdiri di samping kursi suaminya sambil menjelaskan laporan yang ia serahkan dengan rambutnya yang menjuntai. Entah kenapa dada Sungha terasa sesak melihatnya.

“Ehem..” Dehaman Sungha membuat Hyukjae melihat ke arah istrinya yang sedang fokus membaca majalah.

“aku rasa penjelasannya cukup. Cukup presentasi nanti. Kau boleh keluar.” Ucap Hyukjae tanpa melihat ke arah sekretaris pemasarannya. Yeoja itu pun membungkukkan badan lalu meninggalkan ruangan Hyukjae, sementara Hyukjae kembali fokus pada pekerjaannya. Tidak ada suara hingga beberapa saat, padaham Sungha berharap Hyukjae menjelaskan sesuatu.

“Cantik ya..” ucap Sungha asal.

“Ne, memang.” Jawab Hyukjae singkat tanpa sedikitpun menoleh ke arah SUngha.

“Lebih cantik dari aku?” pertanyaan Sungha sukses membuat Hyukjae mengalihkan pandangannya kea rah Sungha dengan tatapan heran.

“em… ah…. Sudah lupakan.” Ucap Sungha tersadar akan pertanyaannya dan sukses membuatnya malu hingga pipinya bersemu merah. Dia menundukkan kepalanya kemudian kembali fokus pada majalahnya.

“Jangan bodoh.” Ucap Hyuk datar.

“apa maksudnya?” tanyanya bingung.

“Mau dia cantik atau tidak, tetap saja aku sudah menikahimu. Kurang jelas? Dasar babo.” Jawab Hyukjae tanpa melihat ke arah Sungha.

“Ish… menyebalkan. Jadi… apa yang bisa aku lakukan? Hanya melihatmu?”

“Ne..” Sungha terlihat bosan.

“Aku keluar dulu. Mau cari udara segar.” Ucap Sungha.

“Hm.. jangan jauh-jauh… dan jangan terlalu lama, araseo?” akhirnya Hyukjae mengalihkan pandangannya pada Sungha.

“Ne…..” Sungha pun bergegas keluar dari kantor tersebut. Dia berkeliling di kantor tersebut, berusaha tidak canggung menyapa semua karyawan yang ia temui.

“Mian… di mana toiletnya? Kalau kembali ke ruangan suamiku terlalu jauh.” Tanyanya pada seorang office girl.

“Di sebelah sana, belok kanan nona.” jawab yeoja tersebut sopan.

“Ah.. gomawo..” sungha sedikit membungkukkan badannya lalu pergi ke toilet. Dia baru saja ingin keluar dari salah satu bilik yang ada di toilet tersebut, namun ia urungkan Karena mendengar namanya disebut oleh seorang yeoja.

“Nugu? Namanya?” Tanya salah satu dari mereka.

“Sungha. Aku lihat dia standar sekali.” Jawab yeoja yang lain.

“Hm…. Terlalu biasa. Apa keluarganya tidak pernah mengajarinya bagaimana menjadi seorang yeoja modern? Gayanya payah, bahkan tidak terlalu seksi.

“Hm… kau benar. Tapi dari gossip yang aku dengar, dia bukan berasal dari keluarga kaya, katanya dia dulunya bekerja di sebuah coffe shop sebagai kasir.”

“Jeongmalyo? Aigoo……… aku tidak menyangka Lee Hyukjae seorang CEO salah satu perusahaan terbesar di Korea memiliki selera yeoja yang begitu buruk. Pantas saja dia tidak tergoda denganku, ternyata seleranya payah sekali. Yeoja murahan seperti itu? Aigoo… apa mungkin yeoja itu melakukan sesuatu? Dia pernah tidur dengan Hyukjae mungkin?”

“Bisa jadi. Aku rasa memang begitu, karena tidak mungkin CEO tampan seperti Hyukjae sajangnim menyukai yeoja sehina dia. Hahahahahha….”

“ne.. hahahahaha.. kalau aku jadi dia,, aku akan mereasa tahu diri, tidak sepantasnya aku bersama hyukjae yang tampan dan sangat kaya.”

“Nado.. kajja..” kedua yeoja itu pergi, air mata mengalir deras di pipi sungha. Serendah itu dia di mata orang-orang? Tapi apa yang diakatakan oleh kedua yeoja itu sulit terbantahkan. Mereka benar, harusnya Sungha tahu diri. Dadanya terasa sesak ketika kata-kata dari mulut yeoja itu terngiang lagi di pikirannya. Joon. 1 1 nya nama yang terngiang di kepalanya saat ini. Dia segera mengirim pesan kepada namja hangat itu. ‘Oppa… kajja makan siang di tempat biasa.’ Ia segera menghapus air matanya dan memperbaiki make upnya.

“dari mana saja? Kenapa lama sekali?” Tanya Hyukjae sambil melipat tangannya dengan posisi berdiri menyandar ke meja kerjanya.

“Ne…. tadi aku berkeliling.” Jawab Sungha tanpa berani menatap kea rah Hyukjae, takut suaminya menemukan kalau dia baru saja menangis. Hyuk memandang aneh kea rah istrinya, tidak biasaya Sungha begini. Seberapa pun dia menolak pernikahan ini, dia belum pernah berbicara tanpa menatap Hyukjae.

“Kajja kita cari tempat untuk makan siang.” Hyuk bergerak dari posisinya menuju kursi kerjanya untuk mengambil jas resminya yang ia gantungkan pada sandaran kursi.

“Mianhae Hyuk ssi.. jeongmal mianhae… tiba-tba saja temanku mengajakku pergi, ada yang penting ingin dia ceritakan padaku, dan aku pun juga jeongmal mianhae, lain kali aku berjanji.

“Kau sudah mulai membantah? Yasudah.. hati-hati. Biar supir yang mengantar. Dan jangan membantah, mengerti?”

“Ne.. annyeong…” Sungha membungkukkan sedikit tubuhnya lalu pergi meninggalkan ruangan Hyukjae. Hyukjae memandangi Sungha hingga istrinya itu menghilang di balik pintu. Ia segera menyambar jasnya yang tersandar di kursi kebesarannya dan segera keluar dari ruangannya.

“Lihat, dia bahkan pergi tanpa Hyukjae nim.. aku yakin ada apa-apa.”

“Ne.. wanita seperti itu, mana mungkin masuk dalam tipe ideal CEO Lee Hyukjae” Hyukjae tidak sengaja mendengar beberapa karyawannya mengunjingi istrinya, lantas dia sedikit berdeham.

“Sekali lagi aku mendengar salah seorang dari semua orang di kantor ini membicarakan istriku, siap-siap cari pekerjaan di tempat lain. Aku membayar kalian untuk bekerja, bukan untuk menggosip.” Ucapnya tegas dan dingin lalu segera menuju ke parkiran, memerintahkan supirnya untuk mengikuti ke mana Sungha pergi. Mendengar ucapan sang atasan semua karyawan langsung terdiam sama sekali.

“Oppa… kau sudah lama?” Tanya Sungha pada namja yang sudah sejak tadi menunggunya di salah satu bangku taman tempat favorit mereka menghabiskan waktu.

“aniya.. kau sendiri?” Tanya Joon.

“Ne… tadi aku ke kantor Hyukjae. Dia yang mengajakku.” Cerita Sungha sambil tersenyum.

“Lalu?”

“Lalu…….” Sungha terdiam sambil menundukkan kepalanya.

“banyak orang yang membicarakanku di belakang. Mereka menghinaku.” Jawab Sungha lirih berusaha tegar. Joon tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk yeoja yang dicintainya ini, tidak boleh ada satu tetes pun air mata menetes pada pipi yeoja tercintanya. Akhirnya ia mendekap Sungha hangat berusaha membuat Sungha merasa nyaman. Sungha terisak di dada Joon melepaskan semua beban pikiran yang ia rasakan selama ini. Hyukjae memutuskan berbalik arah setelah melihat kemesraan antara istrinya dengan Joon. Niatannya untuk mengajak Sungha pergi menemaninya makan siang ia urungkan. Ia kembali ke dalam mobilnya dalam diam.

“Jalan.” Perintahnya pada supir pribadinya. Hyukjae memandang ke luar jendela berusaha meredam rasa sakit yang ia rasakan. Bahkan dia dan istrinya tidak pernah berpelukan semesra dan sehangat itu.

“Sungha ssi.. mungkin ini bukan saat yang tepat bagiku mengatakan ini, tapi….” Joon mengendurkan pelukan hangatnya dan mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebuah kotak cincin beludru. Joon membuka tutupnya yang memperlihatkan sebuah cincin emas putih yang sangat cantik.

“Oppa…. Apa maksudnya ini?” Tanya Sungha bingung sambil menghapus air matanya.

“Jebal.. berada di sisiku.. jadikan aku milikmu.” Joon menatap Sungha dalam.

“Tapi Oppa….. aku sudah menjadi istri Hyukjae.”

“Pernikahan yang tidak didasari rasa cinta dan tidak pernah membuat saling bahagia, apa harus dipertahankan?” Joon menatap mata Sungha dalam berusaha meyakinkan.

“Aku hanya ingin melihatmu bahagia, memberikanmu sepenuhnya cinta yang pantas   kau dapatkan.” Lanjutnya.

“Aku bingung… jebal jangan paksa aku.” Sungha menundukkan kepalanya, takut Joon menemukan matanya yang yang menggambarkan hatinya yang bahagia, kata-kata itu, kata-kata itu adalah kata-kata yang Sungha nantikan dari Joon selama ini, namun hatinya gundah.. dia sendiri belum tahu apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap suaminya. Rasanya ia tidak berani melakukan penghianatan walaupun Hyukjae tidak pernah mengatakan cinta padanya.

“Kapan pun kau ingin pergi ke pelukanku, datang lah. Aku akan selalu ada di sini untukmu.”Ucap Joon lalu kembali menyimpan cincinnya. Sungha tersenyum singkat pada Joon lalu berangsut memeluk tubuh namja yang ia impikan ini.

************

“Aku pulang…” seru Sungha saat memasuki rumah megah tempat ia tinggal. Ahjuma pembantu langsung menghampirinya, terlihat agak panic.

“Nona dari mana saja? Tuan muda sudah berada di rumah sejak tadi.”

“Mworago? Di mana dia sekarang?” Tanya Sungha sedikit panic.

“Di ruang makan. Tuan muda sudah menunggu nona di sana sejak sejam yang lalu. Palli temui nona..”

“Aigoo…. Ne ne.. aku ke sana dulu. Gamsahamnida Ahjuma.” Sungha segera berjalan menuju ruang makan, dilihatnya Hyukjae sedang duduk sambil memperhatikan ipad yang ada di tangannya.

“Ehem… mi..mian aku terlambat pulang.” Ucap Sungha pelan dan hati-hati. Hyukjae meletakkan ipadnya di meja lalu mulai mengambil makanan dan meletakkannya di atas piringnya.

“duduk.” Ucapnya dingin tanpa melihat sedikitpun kea rah sungha. Sungha merasakan sesuatu menghantam dadanya melihat sikap suaminya. Dia memutuskan untuk duduk di hadapan Hyukjae dan haya berdiam diri.

“Aku tidak peduli kau sudah makan atau belum dengan  temanmu itu, tapi sekail lagi aku tegaskan padamu, kau harus makan malam denganku. Jadi kenyang ataupun tidak, makan. Ahjuna sudah capek menyiapkan ini untuk kau makan.” Hyukjae berkata tanpa sedikit pun melihat kea rah Sungha, hanya fokus pada makanannya.

“Ne..” jawab Sungha singkat lalu mulai memindahkan makanan ke dalam piringnya. Mereka makan dalam diam, hingga air mata Sungha ingin menetes rasanya.

“Mianhae…” Sungha memberanikan diri angkat bicara. HYuk kini melihat kea rah Sungha dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

“dengar, mulai hari ini.. kau harus menemaniku makan, baik itu sarapan, makan siang dan makan malam. Tidak ada bantahan. Kau tidak boleh makan siang di luar kecuali untuk menemui orang tuamu. Paham?”

“Aku hanya sedikit terlambat menemanimu makan malam, kenapa kau menghukumku seperti itu?”

“Sedikit? 1 jam bagimu sedikit? 1 jam yang kau anggap sedikit itu sangat berarti bagiku. Dan satu lagi, sebegitu tidak sukanya kau makan denganku hingga aku memintamu makan 3x sehari denganku kau anggap sebuah hukuman?”

“A….aniya…. bukan begitu. Hanya saja aku…..”

“Mwo? Kau lebih suka makan dengan namja lain dari pada suamimu sendiri?”

“apa yang kau bicarakan?!” Tanpa Sungha sadari suaranya meninggi.

“Dengar Lee Sungha, tidak ada lagi Joon.  Walau hanya sedetik, tidak ada Joon. Mengerti?” Perkataan Hyukjae membuat Sungha terkejut dan hanya bisa terdiam. Hyukjae segera menghabiskan air di dalam gelasnya, mengambil ipadnya lalu berdiri meninggalkan sungha yang masih terdiam.

“Oiya satu lagi. Ada ataupun tidak eommaku di rumah ini, kau akan tetap tidur di kamarku. Aku sudah memindahkan semua barang-barangmu ke kamarku.” Hyukjae berjalan meninggalkan Sungha yang terdiam menuju kamarnya. Air mata Sungha mengalir, dia tidak tahu sebenarnya apa yang ada di dalam hatinya. Dia benar-benar bingung dan hatinya berkecamuk.

Sungha memberanikan diri memasuki kamar Hyukjae. Hyukjae tidak main-main dengan perkataannya, kamar Sungha benar-benar kosong. Perlahan dia melangkah masuk ke kamar yang sangat besar itu. Dilihatnya Hyukjae tertidur dengan bersandar di kursi kebesarannya di balik meja kerjanya. Sungha meminimkan suara yang mungkin terjadi. Dia menghampiri Hyuk, dan ternyata laptop yang Hyuk pakai masih menyala. Sungha berinisiatif menyimpan data yang sedang terpampang pada layar laptop Hyuk lalu menutup aplikasi. Dia sedikit tertegun melihat foto pernikahan mereka pada layar desktop laptop Hyukjae.

“apa maksud semua ini?” tanyanya dalam hati. Setelah mematikan laptop, Ia beranjak dari tempatnya menuju kasur besar yang biasa ia gunakan bersama Hyuk saat mertuanya datang berkunjung. Diambilnya sebuah selimut lalu kembali ke meja kerja Hyuk dan menyampirkan selimut tersebut menutupi tubuh Hyuk.

Hyukjae terbangun, sedikit terkesiap melihat sebuah selimut menutupi tubuhnya. Setelah kesadarannya cukup terkumpul, ia berjalan menuju kasurnya, terlihat olehnya istrinya Sungha sedang tertidur sambil memeluk sebuah guling. Hyukjae merapikan selimut yang dipakai oleh istrinya, tangannya beranjak ingin menyentuh kepala Sungha, namun ia urungkan. Dia memutuskan duduk di lantai memperhatikan wajah istrinya yang sedang terlelap. Sebuah senyuman terkembang di bibirnya. Senang rasanya melihat istrinya berbaring di kasurnya. Matanya perlahan mulai terasa berat, dia mencoba mendekatkan wajahnya pada wajah sungha, lebih dekat..lebih dekat hingga bibir mereka hampir bertemu, dia menghela nafas berat hingga akhirnya berhasil menyentuhkan bibirnya pada bibir istrinya. Ia tersadar, lantas segera bangkit dari lantai dan menaiki kasur. Diraihnya sebuah guling dan berbaring membelakangi Sungha. Jantungnya berdetak tidak normal saat ini. Segera ia berusaha memejamkan matanya berusaha segera memasuki alam mimpi.

*******

Hyukjae menyeruput kopinya sambil sesekali melirik kea rah Sungha. Sungha hanya makan dalam diam, ani..sejak bangun tidur tadi Sungha hanya diam, hanya berbicara seperlunya dengan Hyukjae.

“aku akan makan siang di rumah, jadi pastikan kau tidak kemana-mana.” Hyuk mencoba membuka sebuara namun hanya dijawab Sungha dengan anggukan. Setelah menyelesaikan sarapan, Hyuk berannjak ke kamar untuk mengambil sebuah dokumen yang tertinggal. Ponsel Sungha menyala, panggilan masuk dari Joon. Hyuk segera mengambil ponsel tersebut dan menjawab Joon.

“Yoboseyo…” sapa Hyuk berat.

“a….yoboseyo.. mian.. apa Sungha ada? Ada yang harus aku sampaikan padanya.”

“Sampaikan padaku, aku akan sampaikan padanya. Dia belum bangun.”

“Kalau begitu cukup sampaikan kalau aku menelepon.”

“ne. annyeong.” Hyuk segera memutuskan sambungan 2 arah tersebut dan segera meninggalkan kamar.

“Sungha ssi… manfaatkan waktumu untuk belajar memasak sesuatu untuk ku makan. Aku pergi dulu.” Ucap Hyuk lalu masuk ke mobil. Mobil mulai bergerak, Hyuk terus memperhatikan Sungha yang hanya diam hingga mobil menjauh. Hyukjae sedikit menunduk, sesuatu mengganjal dalam hatinya melihat keadaaan istrinya yang seperti itu. Di sisi lain, Joon menatap nanar ponselnya, sakit itu masih terasa, teraswa di dalam hatinya yang begitu dalam. Namja itu, menjawab teleponn yang dia tujukan bagi yeoja yang ia cintai, dan apa itu? masih tidur? Kenapa ponsel Sungha bisa berada di sekitar Hyukjae? Mereka tidur sekamar? Pikiran-pikiran itu membuat kepalanya lebih berdenyut. Walaupun tidak mungkin, namun Joon berharap yeojanya tidak tersentuh oleh namja lain, terlebih dia tahu bahwa Sungha tidak mencintai namja itu.

“Donghae ssi… bagaimana paket bulan madu ke paris? Sudah beres?” Tanya Hyuk pada sahabat sekaligus karyawannya yang paling ia percaya.

“ne… dijadwalkan kalian akan berangkat pada akhir bulan depan, bertepatan dengan ulang tahun istrimu, aku juga sudah merescedule jadwal rapat, pertemuan di macau dipercepat untuk jadwal keberangkatanmu ke paris, lagi pula ada masalah yang harus diselesaikan di Macau.”Jelas Fonghae.

“Gomawo… kau benar-benar bisa diandalkan. Sungha pasti senang. Aku akan merahasiakan ini sebagai kejutan ulang tahunnya.” Hyuk tersenyum di akhir kata-katanya.

**********

Hyuk memperhatikan Sungha yang hanya duduk diam di balkon kamar mereka. Sudah seminggu sejak Hyukjae melarangnya bertemu Joon, sungha selalu termenung, Hyuk bingung apa sebabnya. Pemandangan yang disajikan istrinya itu membuatnya susah berkonsenterasi hingga akhirnya memutuskan mendatangi istrinya.

“Kenapa di sini? Kau tahu jam berapa sekarang? Kau bisa sakit karena kedinginan.”

“ani.. gwencana.” Jawab Sungha singkat sambil memandang lurus suasana malam kota Seoul.

“Apa yang terjadi? Apa sesuatu memberatkanmu?”

“kenapa kau menikahiu? Apa alasanmu?” pertanyaan Sungha sungguh di liar dugaan Hyukjae.

“Ah… itu….. aku…. Aku rasa sudah jelas kan? Aku tidak mau dijodohkan dengan yeoja lain dan dijadikan objek bisnis.” Jawab Hyuk tanpa melihat kea rah Sungha, hna

“Begitu? Sekarang sudah tidak lagi kan? Apa kau tidak berniat lepas dariku? Yeoja yang hanya berstandar di bawah rata-rata, tidak punya selera bagus dengan warna rambut yang terlalu alami, dengan kuliat ang tidak semulus super model. Kenapa tidak kau lepaskan saja aku?”

“jangan pernah bicara begitu.  Sebaiknya kau tidur, sudah malam.” Hyuk berlalu meninggalkan sungha yang terus menatapnya mengharapkan sebuah kepastian.

“Izinkan aku bertemu Joon, aku harus memastikan sesuatu.” Sungha berjalan mengikuti Hykjae.

“Sudah berapa kali aku bilang, tidak ada Joon walaupun satu detik.”

“kau egois. Kau tidak memberikan waktu untukku bertemu temanku walaupun satu detik, tapi kau? Apa yang kau berikan untukku? Aku hanya jadi orang yang menemanimu makan,berbeda dengan Joon yang selalu memperhatikan kabarku, mendengarkan ocehanku, menenangkanku saat aku menangis, membelaku saat ada yang menyakiti, menyediakan dadanya untukku bersandar saat aku merasa rapuh.lepaskan saja aku kalau kau…”

“AKU BILANG TIDAK ADA JOON WALAUPUN SATU DETIK, KAU TULI?!!”  Hyuk tidak kuasa menahan emosinya karena istrinya terus memuji Joon dan membandingkan Joon dengannya. Hentakan suara Hyuk tanpa sadar membuat air mata Sungha menetes.

“WAE?? SEBENARNYA APA YANG KAU INGINKAN DARIKU? JANGAN SIKSA AKU SEPERTI INI..” dada Sungha terasa sesak, kakinya tidak kuat menopang tubuhnya yang lemah hingga akhirnya dia terduduk di lantai memegangi hatinya yang terasa sesak. Dia bingung.. benar-benar bingung pada perasaannya. Dia mencintai Joon namun mengharapkan Hyuk lebih menganggapnya. Isakan mulai terdengar berat. Hyuk tidak kuasa melihat yeojanya menangis,ia menghampiri Sungha dan membawa yeojanya itu ke dalam pelukannya. Sungha terisak di dalam pelukan hyuk.. melampiaskan semua yang ia rasakan melalui isak tangisnya.

“Mianhae… aku membuatmu kepada suasana sulit seperti ini… mianhae…” ucap Hyuk lirih. Ia terus membiarkan istrinya membasahi piyamanya dengan air matanya hingga sang istri tertidur di pelukannya karena begitu lelah menangis. Perlahan Hyuk menggendong Sungha ke kasur mereka lalu menyelimutinya, sejenak ia pandangi wajah yeojanya. Dia berpikir betapa bodohnya dia yang tidak pernah berani mengungkapkan apa yang sesungguhnya ia rasakan, apa yang sesungguhnya melatarbelakangi pernikahan mereka. Perlahan dikecupnya kening istrinya yang telah terlelap.

“aku akan lakukan apapun untuk kebahagiaanmu, aku berjanji. Walaupun sulit, aku akan lakukan, aku berjanji. Aku berjanji.” Ucapnya lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Sungha.

***********

Cahaya kamar mulai menusuk mata sembab seorang yeoja yang berusaha tersadar dari tidurnya. Samar-samar dilihatnya seorang namja yang sangat tidak asing sedang berdiri di depan cermin merapikan dasi yang menggangtung di lehernya. Sang namja kini berjalan menghampirinnya dan menemukan yeojanya tengah memperhatikannya.

“Sudah bangun? Matamu sembab.. gunakan es untuk mengompres.” Ucap namja tersebut sembari duduk di atas kasur di sebelah istrinya.

“Kau tidak membangunkanku.” Ucap sang istri setengah serak.

“Gwencana…. Kau terlalu lelah akhir-akhir ini. Sungha ssi…apa aku begitu membuatmu sulit?” Tanya Hyuk perlahan. Mendengar pertanyaan itu membuat hati Sungha kembali bergejolak, namun dia harus kuat kali ini, tidak boleh menjadi yeoja yang lemah. Dia bangkit dari tirurnya dan memposisikan diri duduk berhadapan dengan Hyukjae.

“Kenapa harus pertanyaan seperti itu pagi-pagi seperti ini? Tidak bisa melihatku tenang sedikit saja?”

“Hm… mian, tidak usah dijawab. Kalau begitu aku berangkat kerja dulu.”

“Hyukjae oppa…” panggil SUngha ketika Hyuk ingin beranjak dari duduknya.

“Mian.. aku akan mengungkapkan ini sejujurnya, aku menempatkan dirimu sebagai teman terdekatku pagi ini. Mian…” Sungha tertunduk.

“Ada apa?” Tanya Hyukjae yang mengurungkan niatnya untuk bangkit dari posisinya.

“Mian….. aku tidak tahu apa yang ada di dalam hatiku. Aku tidak pernah mengetahui isi hatimu, apa arti semua ini,  namun… Joon Oppa… Joon oppa melamarku.” Detik itu juga nafas Hyukjae terasa berhenti. Melamar? Apa namja itu bosan hidup? Harusnya dia sadar bahwa yeoja yang dilamarnya ini adalah istri orang. Dengan segenap tenaga Hyuk berusaha bertahan, ia tidak mau yeoja di hadapannya inii melihat betapa rapuhnya namja ini selama ini tanpa kehadiran sang yeoja.

“m….mwo? lantas jawabanmu? Gwencana… seperti katamu, aku ada di posisi sebagai teman terdekatmu.”

“dia melamarku karena mencintaiku dan tidak melihat pancaran kebahagiaan di mataku. Aku sendiri bingung dengan apa yang aku rasakan, aku seperti hanya berpasrah pada takdir. Dan jawabanku…. Aku beluim memutuskan, ini berat, sangat berat. Aku sadar aku adalah istri orang, aku memiliki seorang suami, meskipun aku dulu memang mencintainya, mencintai Joon, namun aku tidak tahu apa-apa tentang perasaanku.” Mencintai Lee Joon, kata-kata yang benar-benar sukses menusuk jantung Hyukjae pada titik terdalam. Kenapa harus mencintai Lee Joon? Kenapa tidak mencintai namjayang sudah sekian lama ada di hidupmu??

“aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya bisa mengatakan maaf, maaf karena membuatmu terpuruk dalam situasi ini. Ini hatimu, aku tidak memiliki hak atas hatimu.” Hyuk berusaha tenang dalam kata-katanya.

“Boleh aku memelukmu?” Tanya Sungha, Hyukjae menganggukkan kepalanya dan detik itu juga Sungha memeluknya erat, entah apa arti di balik pelukan itu. Hyuk hanya membiarkan yeojanya memeluknya seerat apapun yang di ainginkan tanpa membalas pelukannya, entah apa yang membuat tangannya begitu berat untuk merengkuh yeojanya erat.

“Gomawo…” Ucap Sungha sembari melepaskan pelukannya. Hyuk hanya membalasnya dengan senyuman tulus yang belum pernah sungha lihat sebelumnya.

“istirahatlah… jangan berpikir terlalu banyak. Kalau soal Joon… mian…. Aku belum bisa mengizinkanmu. Aku pergi dulu ya… annyeong…” Hyuk berjalan meninggalkan Sungha yang terus memperhatikannya berjalan ke pintu, sebelum membuka pintu, Hyukjae kembali pada Sungha.

“ada apa?” Tanya Sungha dengan mata yang masih basah. Seketika itu juga Hyukjae mencium kening Sungha hangat lalu pergi meninggalkan SUngha yang masih terpaku tanpa mengucapkan apapun. Sungha merasakan debaran di dalam dadanya, oh Hyukjae…. Kau membuat ini semakin membingungkan.

*************

“Tidak ada cara lain, ungkapkan padanya, ungkapkan siapa kau sebenarnya, ungkapkan perasaanmu sebelum dia benar-benar pergi.” Donghae bicara serius penuh semangat.

“Tidak semudah itu. aku bahkan sudah membawanya ke tempat saat kami bersama dulu, tapi dia tidak mengingatku sama sekali. Apa bisa dijamin dia akan mencintaiku setelah tahu siapa aku yang sebenarnya? Aku tidak yakin. Aku hanya seseorang di masa lalu. Dia mungkin bahkan sudah tidak peduli.” Hyuk memijat kepalanya yang terasa berat dan penuh dengan keputus asaan.

“mungkin banyaknya beban hidupmya membuat dia lupa. Kau masih punya kesempatan. Aku yakin dia bisa mencintaimu.”

“Entahlah… aku bingung. Akutidka mau menyakitinya, aku hanya ingin melihat kebahagiaannya, akan aku lakukan apapun asal dia bahagia walau itu berat untukku.”

“Dan kaulah yang bisa membuat di abahagia, aku yakin dia memiliki cinta untukmu. Cukup ubah sikapmu dan ungkapkan siapa kau sebenarnya.”

“akan aku pikirkan…” Ponsel Hyukjae berdering, panggilan masuk dari Sungha. Jantung Hyuk berdetak seketika itu juga.

“Yoboseyo….”

“Hng Hyuk berdetak seketika itu juga.

“Yoboseyo….”

“Hyuk oppa….. jebal…. Hiks hiks…..”

“Wae? Kenapa kau menangis?”

“Aku… izinkan ak bertemu Joon oppa… hiks hiks…”

“……..wae? ada apa? Tenangkan dirimu.”

“Joon kecelakaan… hiks…jebal…… hiks… dia koma..” Sungha terus terisak dalam tangisannya.

“bersiaplah… aku akan menjeputmu.” Hyuk memutuskan sambungan 2 arah tersebut, menyisakan isakan Sungha yang masih begitu kuat.

“Ada apa? Kenapa terburu-buru?” Tanya Donghae penasaran.

“ Joon kecelakaan. Aku harus pergi. Sungha menungguku.” Tanpa menghiraukan Donghae yang terus saja berkata-kata, Hyuk segera mempercepat langkahnya menuju mobilnya dan langsung melaju kencang menuju ke rumahnya.

Sungha terus saja menangis selama perjalanan menuju rumah sakit. Tanpa sedikitpun menghiraukan Hyukjae yang memperhatikannya. Setelah mobil terparkir dengan benar, Sungha langsung turun dan berlari meninggalkan Hyukjae mencari di mana Joon. Sungha tiba di sebuah ruangan di mana berkumpul beberapa orang di depannya, salah seorang dari mereka Sungha kenal sebagai Sungjin, adik Joon.

“dia masih belum sadar nuna.” Ucap Sungjin, orang yang sudah menghubungi Sungha. Hyukjae terus berusaha mengikuti ke mana arah Sungha hingga melihat Sungha memasuki sebuah ruangan.tanpa berkata apapun pada Sungjin, Sungha segera memasuki ruangan, seketika itu juga air mata Sungha mengalir deras melihat keadaan namja yang beberapa tahun ini selalu mengisi hatinya. Tubuhnya penuh dengan alat medis. Sungha segera menghampirinya dan memeluk tubuh yang tidak berdaya itu. tak satu pun orang mencegah mengingat mereka tahu betapa dekatnya Sungha dengan Joon.

“Oppa…… aku di sini Oppa… ak mohon sadarlah…. Jangan tinggalkan aku…. Aku mohon oppa…. Kau kuat, aku tahu itu.. jangan tinggalkan aku….” Tangisan Sungha pecah, air matanya mengalir deras. Tampak ia begitu sedih dan taakut. Hyukjae memasuki ruangan dan memperhatikan Sungha yang begitu terpukul dan ketakutan. ‘apa kau akan melakukan hal yang sama jika aku yang terbaring di sana Sungha ssi?’ ucap Hyuk dalam hati. Terlalu sesak di dalam hatinya, Hyuk memutuskan keluar dari ruangan itu menunggu Sungha di luar ruangan, menghampiri Sungjin yang duduk tertunduk.

“Kau mengenal Joon?” Tanya Hyuk.

“Ne…. aku adiknya. Hyung sangat baik, dia hyung terbaik yang pernah ada.” Ucap Sungjin dengan mata yang maish basah.

“Sungha, bagaimana hubungan mereka? Kau mungkin mengetahui sesuatu.”

“Ne…. Sungha dan hyung sudah bersama sejak 4 tahun yang lalu, dia menyukai gadis itu sejak mengenalnya. Dia bahkan banyak sekali berkorban untuknya. Mereka selalu terlihat bahagia saat sedang bersama. Hyung mengatakan padaku bahwa dia ingin menikahi sungha. Ngomong-ngomong..bagaimana kau dan Sungha bisa datang bersama?”

“Ne… ak mengantarnya. Aku…temannya.” Jawab Hyuk berusaha tersenyum. Setelah menunggu ssetengah jam. Sungha tak kunjung keluar. Hyuk memutuskan menghampirinya di dalam ruangan.  Kembali ia harus merasakan sesak yang amat berat di dalam dadanya melihat istrinya menggenggam tangan namja lain begitu erat. Sungha menempelkan punggung tangan Joon pada pipinyasembari berdoa untuk kesembuhan Joon dengan air mata ynag mesih terus mengalir.  Hyuk menyentuh lembut bahu Sungha menandakan dia berada di samping Sungha saat ini.

“Oppa….” Sungha segera menghapus air matanya.

“Bagaimana keadaannya?”

“Belum sadar… masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.” Air mata Sungha kembali menetes.

“Kau harus membuatnya sadar dengan kehadiranmu di sini.. tenanglah.. dia akan segera sembuh. Aku yakin itu.”

“Semoga saja.”

“Aku harus kembali ke kantor. Kau mau aku antar pulang?” Hyuk mengelus bahu Sungha lembut untuk menenangkan.

“Mian oppa…… aku tahu kau akan sangat marah, aku siap dihukum setelah ini, tapi… aku mohon izinkan aku di sini menemani Joon. Siapa tahu kehadiranku akan membuatnya lebih kuat.” Tatapan Sungha begitu memohon.

“Ne… jangan takut ku hukum. Tentu kau boleh J telepon aku ataupun supirmu jika ingin pulang ataupun membutuhkan sesuatu.” Jawab Hyuk tersenyum. Sungha langsung memeluk pinggang Hyuk tanpa sadar lalu mengucapkan terima kasih. Namun segera ia lepaskan saat ia tersadar.

“aku pergi dulu. Jangan lupa telepon. Annyeong…”

“Ne… hati-hati.” Ucap Sungha. Hyukjae mempercepat langkahnya menuju mobilnya dan segera pergi dari tempat yang benar-benar membentuk kepiluan di dalam hatinya.

*******

“Stop it Lee Hyukjae!! Ini sudah botol ke 9. Kau mau mati huh?” Donghae merebut botol sampaign yang akan dituangkan Hyuk isinya ke dalam gelasnya.

“ya! Wae?? Kembalikan…” hyuk berusaha merebut.

“kau begitu patah hati eo? Jangan begini… pasti masih ada cara.” Donghae menjauhkan botol tersebut sejauh-jauhnya.

“Sungha… hahahahahaha… aku harus bisa mati Hae.. agar dia menangis seperti menangisi kekasihnya. Hahahahaha… ya!! Tambahkan 1 botol lagi.” Hyukjae benar-benar di bawah kendali minuman beralkohol.

“Ya! Micheyoseo? Kau pasti bisa melaluinya. Kau cukup mengaku. Sudah jangan minum lagi.”

“Sungha sayang…. Hae.. apa itu Sungha? Hahahahaha sekarang dia menari di lantai dansa.. kajja.. hahahaa…. Sungha…. Baby…oppa datang…” dengan sempoyongan Hyuk berjalan ke arah yeoja yang sedang berdansa dengan teman-temannya dan langsung merangkul yeoja tersebut.

“jangan kurang ajar!!” yeoja tersebut mendorong Hyuk hingga terjatuh.

“hahahahahaha… kau menolakku huh? Hahahahaha.. Hyuk tertawa dengan air matanya yang mengalir. Donghae segera menopangnya dengan susah payah keluar dari club tersebut dengan sebelumnya meminta maaf pada yeoja tersebut

“kenapa kita pergi? Istriku sedang ada di dalam bersama namja sekarat itu…” ucapnya berusaha lari dari Donghae namun Donghae segera menangkapnya dan menggeretnya hingga masuk ke dalam mobil.

“Berhentilah mengomel. Aku akan membawamu pulang.” Donghae segera melajukan mobil menuju kediaman megah milik Hyukjae. Sepanjang jalan Hyukjae terus saja mengoceh memanggil-manggil nama Sungha, membuat Donghae begitu iba melihat sahabatnya itu. ternyata cinta membuatnya begitu lemah. Donghae memarkirkan mobil, dan segera keluar membawa Hyukjae. Dengan susah payah dia memapah Hyukjae yang terus mengomel menuju ke kamarnya di lantai 2.

“Ahjuma, tolong buatkan teh hijau hangat, bawa ke kamar Hyuk.”

“Ne tuan.” Donghae kembali memapah Hyuk menuju kamarnya, lalu menghempaskan Hyuk ke atas kasurnya.

“Kau berat sekali tuan CEO. Hanya karena cinta kau jadi seperti ini.. fiuh… kau harus menaikkan gajiku.” Omel Donghae sambil membenarkan posisi tidur Hyuk.

“mana istriku? Eo? Ah ne…… dia mengunjungi kekasihnya.. hahahahaha” Omel Hyuk lalu memeluk guling di sampingnya.” Donghae hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

“Tuan…. Mian.. ini tehnya.” Ahjuma berbicara di balik pintu, mendengar itu Donghae membukakan pintu dan mengambil teh yang dibawa ahjuma.

“Gomawo ahjuma..” ucapnya tersenyum lalu membawa teh ke dekat Hyuk.

“ya! Ini minum dulu. Palli….” Hyuk tidak merespon.

“YA!!! Minum dulu!! Biar kau cepat sadar. Ya!!!! Babo..” Donghae kembali mengomel sambil menggoyangkan tubuh Hyuk. Hyuk melihat Donghae sambil setengah tertawa, lalu meminum teh yang diberi Donghae.

“Ya! Lee Donghae… kelak jangan terlalu cinta pada seorang yeoja.. jangan memaksanya agar jadi milikmu… hahahahahaha…” omel Hyuk kemudian kembali berbaring.

“Ne ne ne… terserah.. kau pikir aku sebodoh dirimu hah? Beristirahatlah dengan baik.. aku akan meninggalkanmu, aku harus pulang, besok pagi-pagi aku harus masuk kantor, membereskan pekerjaanmu. Kau pasti susah berkonsenterasi besok.”

“Ne…… pergilah…. Sebentar lagi istriku pulang. Pergi sana.. hahaha” Hyuk sudah memejamkan matanya. Donghae menghela nafas berat lalu pergi meninggalkan Hyukjae.

“Ahjuma.. jika Sungha pulang, katakana padanya jangan membangunkan Hyukjae, biar hyukjae mengistirahatkan pikirannya.” Ucap Donghae pada ahjuma pembantu sebelum pergi meninggalkan kediaman yang megah itu.

**************

Hyuk terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat sakit seperti berputar. Dia memejamkan matanya sejenak berusaha meredam rasa sakitnya. Dia menoleh ke samping tempat tidurnya, tidak ada Sungha,, dia hanya bisa menghela nafasnya berat. Diambilnya ponselnya yang terletak di atas nakas di samping tempat tidur. 2 panggilan tak terjawab dan satu pesan singkat dari Sungha.

‘Oppa.. kau sudah tidur? Aku mau meminta izin menginap di rumah sakit, Lee imo sedang tidak enak badan, jadi aku menjaga Joon diteman Sungjin, bolehkan? Mianhae… aku banyak menyusahkanmu.’ Setelah membaca pesan tersebut, Hyukjae menekan tombol dial, menghubungi Sungha.

“Yoboseyo Oppa…”

“Yoboseyo… mian tidak menjawab pesanu, aku sudah tidur.” Hanya mendengar suara Sungha sudah sukses membuat debaran jantung Hyuk meningkat. Dia merindukan yeojanya saat ini.

“gwencana Oppa…”

“Bagaimana Lee Joon? Sudah ada perkembangan?”

“ne Oppa… sudah melewati masa kritis, tapi belum sadar.”

“Syukurlah kalau sudah ada perkembangan. Pagi ini jangan makan sembarangan, aku akan mengantarkan sarapan untukmu.”

“tidak usah Oppa… nanti oppa repot. Kan harus ke kantor.”

“Gwencana..”

“Hm.. baiklah Oppa.. gomawo… aku akan pulang siang ini.”

“ne…. kalau begitu sudah dulu ya. Aku harus memberitahu ahjuma untuk menyiapkan bekal untukmu. Annyeong…”

“Ne Oppa.. annyeong…” Sambungan dua arah itu pun terputus. Hyuk bergegas memberitahu ahjuma untuk menyiapkan bekal sarapan untuk sungha, setelahnya ia bersiap-siap, pikirannya tidak bisa terlepas dari Sungha. Sepanjang jalan menuju rumah sakit ia terus memikirkan bagaimana sebenarnya agar Sungha bisa hidup dengan bahagia. Hyuk memarkirkan mobilnya kemudian turun membawa kotak bekal untuk Sungha. Hyuk melangkah menuju ruang rawat Joon, hatinya bergejolak, dia benar-benar bingung saat ini. Sementara di sisi lain Sungha masih terus menggenggam tangan Joon dengan air mata yang masih mengalir.

“Oppa…. Ireona… aku di sini..” ucapnya. Sesekali ia mengelus rambut Joon lembut. Dia terdiam mengingat bagaimana Joon begitu peduli padanya, yang ternyata adalah wujud rasa cinta Joon padanya. Dia mengingat kata-kata Joon saat Joon melamarnya. Hatinya kembali bergejolak, dia benar-benar bingung ke mana sesungguhnya hatinya berlabuh. Kembali ia memandang Joon, ingin Joon tersadar karena tidak tega melihat orang yang mencintainya terbaring lemah.

“Mungkin ini bisa membuatmu merasakan kehadiranmu agar kau cepat sadar.” Sungha mendekatkan dirinya pada Joon,jantungnya berdebar, akhirnya ia menutup mata dan mencium bibir Joon. Hyuk berjalan kea rah pintu, tidak melihat adanya tanda-tanda orang lain di depan pintu ruang rawat Joon, dan akhirnya dia berinisiatif memasuki ruangan tersebut karena tahu istrinya ada di dalam.

“An……” ucapannya terhenti, dia seakan dijatuhkan dari lantai 30, seluruh tubuhnya lemas saat itu juga, jatungnya begitu sakit melihat orang yang sangat dia cintai mencium namja lain. Sungha melepaskan ciumannya perlahan dengan mata yang masih menatap Joon.

“cepatlah sadar.. aku mohon.” Hyuk meletakkan bekal makanan itu perlahan di meja terdekat lalu segera pergi dari ruangan itu. hatinya remuk, benar-benar remuk, hingga air matanya tidak sanggup terbendung lagi. Dia berjalan cepat menghampiri mobilnya dan segera pergi meninggalkan rumah sakit. Air mata terus mengalir deras di pipinya, inilah titik terdalam hatinya tersakiti. Dia benear-benar mencintai yeoja itu, bertahun-tahun.

“AAAAARRRRRGGGHHHH!!!!!” teriaknya lalu memberhentikan mobilnya di pinggiran jalan. Dadanya begitu sesak menahan rasa sakit yang ia rasakan. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Donghae.

‘Percepat keberangkatanku ke Macau. Aku ingin berangkat sore ini juga. Segera konfirmasi.’

“Kim Sungha… waeyo? Kenapa kau tidak pernah sadar siapa aku? Kau tidak sadar aku begitu mencintaimu.” Ucapnya lalu tertunduk.

To Be Continued…

Thanks for read, jangan lupa like dan comment ^^

1 Komentar

Filed under fanfiction

1 responses to “Yesterday, Today and Tomorrow (Part 3)

  1. aigoooo
    malangnya nasibmu bang. renyek udah, kayak kerupuk di iles kereta.. sakit..

Tinggalkan komentar